BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Hidrologi adalah cabang
Geografi Fisis yang berurusan dengan air di bumi, sorotan khusus pada
propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan. Khususnya mempelajari
kejadian air di daratan, deskripsi pengaruh bumi terhadap air, pengaruh fisik
air terhadap daratan, dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan di bumi. (Linsley et al, 1949).
Ruang lingkup
hidrologi mencakup :
- pengukuran, mencatat, dan publikasi data dasar.
- deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
- analisa data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang ada pada hidrologi.
- aplikasi teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah praktis.
Hidrologi
bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan ilmu lain,
seperti meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah, dan
hidrolika.
Menurut
The International Association of Scientific Hydrology,
hidrologi dapat
dibagi menjadi :
- Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surface streams)
- Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau
- Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah permukaan tanah (mempelajari air tanah = groundwater)
- Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju
- Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-problema yang ada diantara hidrologi dan meteorologi.
B. Ruang Lingkup Hidrologi
Hidrologi
hutan merupakan suatu ilmu fenomena yang berkaitan dengan air yang dipengaruhi
oleh penutupan hutan.Sesuai dengan batasan subyek yang ada yaitu hidrologi
hutan maka bahasan selanjutnya merupakan hidrologi terapan dengan lingkup
operasionalnya adalah daerah aliran sungai terutama yang bervegetasi hutan atau
yang dapat berfungsi sebagai vegetasi hutan serta daerah yang dipengaruhi oleh
kawasan tersebut.
Model
Sederhana Siklus Hidrologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengenalan Istilah-istilah
Hidrologi
a. Presipitasi
Hujan
(presipitasi) merupakan masukan utama dari daur hidrologi dalam DAS. Dampak
kegiatan pembangunan terhadap proses hidrologi sangat dipengaruhi intensitas,
lama berlangsungnya, dan lokasi hujan. Karena itu perencana dan pengelola DAS
harus memperhitungkan pola presipitasi dan sebaran geografinya.
b. Intersepsi
Hujan
yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk daun maupun
batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya segera
menguap. Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama
intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, jenis pohon (kerapatan tajuk
dan bentuk tajuk).Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia utara
sekitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada
tajuk daun bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah
pohon. Intersepsi
akan mengurangi hujan yang menjadi run off.
c. Throughfall, Crown drip,
Steamflow
Hujan
yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di lantai hutan
melalui sela-sela tajuk, bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan
intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera tetes sebagai crown drip.
Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow
dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.
I
= Infiltrasi
PL
= perkolasi
Eo
= evaporasi
SF
= steamflow
TF
= throughflow
Pg
= gross precipitation
T
= transpiration
drip
= crowndrip
d. Infiltrasi dan Perkolasi
Proses
berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi,
sedang perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena
tenaga gravitasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan
tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu.
e. Kelengasan Tanah
Kelengasan
tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah.Kelengasan
tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan
tanah, transpirasi, dan perkolasi.Pada saat kelengasan tanah dalam keadaan
kondisi tinggi, infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat kelengasan tanah
rendah.Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah.
f. Simpanan Permukaan (Surface
Storage)
Simpanan
permukaan ini terjadi pada depresi-depresi pada permukaan tanah, pada perakaran
pepohonan atau di belakang pohon-pohon yang tumbang.Simpanan permukaan
menghambat atau menunda bagian hujan ini mencapai limpasan permukaan dan
memberi kesempatan bagi air untuk melakukan infiltrasi dan evaporasi.
g. Runoff Runoff
Adalah
bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan air
lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya berasal
dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat dinyatakan
sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff.
h. Limpasan Permukaan (Surface
Runoff)
Limpasan
permukaan (Surface Runoff) adalah bagian curah hujan setelah dikurangi dengan
infiltrasi dan kehilangan air lainnya.Limpasan permukaan ini berasal dari
overlandflow yang segera masuk ke dalam alur sungai.Aliran ini merupakan
komponen aliran banjir yang utama.
i. Aliran Bawah Permukaan
(Subsurface Runoff)
Aliran
bawah permukaan merupakan bagian dari presipitasi yang mengalami infiltrasi
dalam tanah yang kemudian mengalir di bawah permukaan tanah dan menuju alur sungai
sebagai rembesan maupun mata air.
j. Proses Runoff
1. Periode Tidak Hujan (Kemarau)
a. Input dari hujan = nol
b. Air tanah mengalir masuk alur
sebagai aliran dasar, maka freatik turun terus
c. Evapotranspirasi menambah
defisiensi lengas tanah
d. Hidrograf aliran berupa kurva
deplesi.
2. Periode Hujan Awal
a. Awal musim hujan, mulai ada hujan
b. Sebagian hujan menjadi intersepsi
c. Sebagian menjadi simpanan depresi
d. Surface Runoff hampir tidak ada,
air hujan digunakan untuk membasahi tanah (Lengas tanah meningkat).
e. Hidrograf aliran agak bergeser ke
atas karena ada sebagian hujan yang jatuh langsung di alur sungai
f. Muka freatik masih turun terus
karena aliran dasar masih berlangsung dan air infiltrasi belum mencapai muka
freatik.
3. Periode Hujan
a.
Intersepsi mencapai kapasitas maksimum, stemflow dan througfall
terjadi
b.
Simpanan depresi maksimum
c.
Surface runoff mulai terjadi, sehingga aliran sungai naik.
d.
Soil Moisture Deficiency berkurang
e.
Air Infiltrasi dan perkolasi belum mencapai muka freatik (air tanah belum
naik).
4.
Saat Hujan Berhenti
a.
Di permukaan tanah masih ada air dan mengalir
b.
Infiltrasi terus berlangsung
c.
Stream runoff berasal dari channel storage
d.
Channel storage berkurang dan habis
e.
Stream runoff dari groundwater
5.
Saat tak ada Hujan
a.
Lengas tanah pada kapasitas lapang
b. Input air tak ada, lengas tanah berkurang
c. Air perlokasi mencapai muka freatik air tanah
mendapat recharge
d. Kurva deplesi terus berlangsung, stream runoff
menyusut.
e. Air tanah naik
6. Hubungan aliran sungai dan air tanah
Pada lembah sungai yang cukup dalam sehingga muka
freatik terpotong maka banyak mata air dan rembesan disepanjang alur sungai,
untuk daerah yang airtanahnya dalam, keadaan ini tidak terjadi.
Memperhatikan kontinyuitas aliran dan kedudukan muka
freatik ada
3 macam tipe aliran yaitu :
3 macam tipe aliran yaitu :
a) Efemeral,
b) Intermitten dan
c) Perenial.
Daerah Aliran Sungai (DAS)
DAS
adalah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi (igir pegunungan), kawasan
tersebut menampung, menyimpan dan mengalirkan air malalui sistem sungai dan
mengeluarkannya melalui titik tunggal (single outlet).Respon DAS terhadap hujan
terdiri dari respon DAS pada limpasan langsung (direct runoff) dan respon DAS
pada aliran dasar (baseflow).
Konsep
DAS dan Sistem DASsebagai suatu sistem selalu ada masukan (input), proses dan
keluaran (output).
Masukan
:
- Curah hujan (alami)
- Teknologi (buatan)
Keluaran
:
- Aliran
- Sedimen
- EvapotranspirasiProses, terdiri dari beberapa variabel.
Proses yang
berpengaruh terhadap pengubahan hujan menjadi runoff.
- Infiltrasi & Perlokasi
- Evapotranspirasi
- Penampungan air/aliran
- Perjalanan aliran atau pemindahan aliran
Deskripsi
Singkat
Kajian tentang peran hutan dalam pengendalian daur air
dan longsor lahan sangat diperlukan sebagai suatu proses dalam pengenalan dan
pemahaman fungsi hutan yang sangat beragam. Diharapkan mahasiswa semakin
memahami bahwa peran dan fungsi hutan tidak hanya sebagai penghasil hasil hutan
yaitu kayu saja akan tetapi ada fungsi-fungsi lain dari hutan yang dapat
memberikan manfaat lebih besar bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.
Peran hutan yang penting dan menjadi materi utama dalam
bagian ini adalah sebagai penyedia jasa lingkungan melalui perannya dalam
mengendalikan daur air kawasan dan perannya dalam mengendalikan longsor lahan.
Relevansi
Bagian ini merupakan dasar dan landasan bagi pemahaman
peran hutan dalam penyedia jasa lingkungannya. Mahasiswa dapat mengetahui ruang
lingkup peran dan fungsi hutan, sehingga meningkatkan kejelian mahasiswa dalam
melihat permasalahan dan fenomena yang terjadi di lapangan. Selain itu
mahasiswa juga akan menyadari bahwa peran dan fungsi hutan sangat penting untuk
mendukung keseimbangan ekosistem dan lingkungan serta memberikan manfaat yang
sangat besar bagi kehidupan manusia melalui berbagai jasa lingkungannya.
Tujuan
Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kuliah pada bab ini mahasiswa
diharapkan mengerti dan memahami peran dan fungsi hutan dalam pengendalian daur
air kawasan dan pengendalian longsor lahan. Harapannya mahasiswa lebih cermat
dan tanggap dalam melihat fenomena yang terjadi sehingga mampu memberikan
kontribusi nyata sesuai kapasitasnya sebagai mahasiswa.
Peran Hutan
Sangat banyak harapan yang ditopangkan kepada hutan di
dalam rangka pengendalian daur air suatu kawasan. Hal ini disebabkan karena
secara keseluruhan peran hutan dengan vegetasinya banyak yang bisa diharapkan,
walaupun peran tersebut sangat dibatasi oleh beberapa faktor antara lain :
- Sifat pertumbuhannya yang dinamik yang tergantung kepada waktu dan musim.
- Nilai perannya juga ditentukan oleh struktur hutannya, luasnya, komposisi jenisnya, keadaan pertumbuhannya serta letaknya.
- Nilai perannya untuk suatu keadaan ekosistem hutan tertentu juga dibatasi oleh iklim, keadaan geologi, geomorfologi dan watak tanahnya.
Secara lebih rinci peran hutan dapat diterangkan sebagai
berikut (Pusposutardjo, 1984) :
- Sebagai pengurang atau pembuang cadangan air di bumi melalui proses :
- Evapotranspirasi
- Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi.
- Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses intersepsi.
- Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat :
- Tahanan permukaan dari bagian batang di permukaan
- Tahanan aliran air permukaan karena adanya seresah di permukaan.
- Sebagai pendorong ke arah perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk memasukkan air lewat sistem perakaran, penambahan dinamika bahan organik ataupun adanya kenaikan kegiatan biologik di dalam tanah.
Peranan kawasan hutan sebagai pengendali daur air dapat
dilihat dari dua sudut pandangan yaitu menyediakan air dengan konsep panen air
(water harvesting) dan dengan konsep menjamin penghasilan air (water yield).
Jumlah air yang dapat dipanen tergantung pada jumlah aliran permukaan (run off)
yang dapat digunakan, sedang jumlah air yang dapat dihasilkan bergantung pada
debit air tanah. Kedua tujuan tersebut memerlukan perlakuan yang berbeda.
Untuk meningkatkan panenan air, infiltrasi dan perkolasi
harus dikendalikan, sedang untuk meningkatkan penghasilan air, infiltrasi dan
perkolasi justru yang harus ditingkatkan. Konsep penghasil air menjadi azas
pengembangan sumber air di kawasan beriklim basah, karena konsep panen air akan
membawa resiko besar, berupa peningkatan erosi dan juga akan banyak memboroskan
lahan untuk menampungnya.
Faktor Penyebab Longsor Lahan
Beberapa
faktor yang menyebabkan suatu kawasan menjadi rawan longsor antara lain :
Faktor
internal
- Genesis morfologi lereng (perubahan kemiringan dari landai ke curam)
- Geologi (jenis batuan, sifat batuan, stratigrafi dan tingkat pelapukan)
- Jenis batuan/tanah
- - Tanah tebal dengan tingkat pelapukan sudah lanjut
- Kembang kerut tanah tinggi : lempung
- Sedimen berlapis (tanah permeabel menumpang pada tanah impermeabel)
- Perlapisan tanah/batuan searah dengan kemiringan lereng.
- Tektonik dan Kegempaan
- Sering mengalami gangguan gempa
- Mekanisme tektonik penurunan lahan
Faktor
luar (eksternal)
- Morfologi atau Bentuk Geometri Lereng
- Erosi lateral dan erosi mundur (backward erosion) yang intensif menyebabkan terjadinya penggerusan di bagian kaki lereng, akibatnya lereng makin curam. Makin curam suatu kemiringan lereng, makin kecil nilai kestabilannya.
- Patahan yang mengarah keluar lereng
- Hujan
- Akibat hujan terjadi peningkatan kadar air tanah, akibatnya menurunkan ketahanan batuan.
- Kadar air tanah yang tinggi juga menambah beban mekanik tanah.
- Sesuai dengan letak dan bentuk bidang gelincir, hujan yang tinggi menyebabkan terbentuknya bahan gelincir.
- Kegiatan Manusia
- Mengganggu kestabilan lereng misal dengan memotong lereng.
- Melakukan pembangunan tidak mengindahkan tata ruang wilayah/tata ruang desa.
- Mengganggu vegetasi penutup lahan sehingga aliran permukaan melimpah misal dengan over cutting, penjarahan atau penebangan tak terkendali, hal ini akan menyebabkan erosi mundur maupun erosi lateral.
- Menambah beban mekanik dari luar misal penghijauan atau hasil reboisasi yang sudah terlalu rapat dan pohonnya sudah besar-besar di kawasan rawan longsor lahan dan tidak dipanen.
Karakteristik kawasan rawan longsor antara lain :
- Kawasan yang mempunyai kelerengan ≥20 %
- Tanah pelapukan tebal
- Sedimen berlapis : Lapisan permeabel menumpang pada lapisan impermeabel
- Tingkat kebasahan tinggi (curah hujan tinggi)
- Erosi lateral intensif sehingga menyebabkan terjadinya penggerusan di bagian kaki lereng, akibatnya lereng makin curam.
- Mekanisme tektonik penurunan lahan
- Patahan yang mengarah keluar lereng
- Dip Perlapisan sama dengan Dip Lereng
- Makin curam lereng, makin ringan nilai kestabilannya.
Pengendalian Longsor Lahan
- Menghindari atau mengurangi penebangan pohon yang tidak terkendali dan tidak terencana (over cutting, penebangan cuci mangkuk, dan penjarahan).
- Penanaman vegetasi tanaman keras yang ringan dengan perakaran intensif dan dalam bagi kawasan yang curam dan menumpang di atas lapisan impermeabel.
- Mengembangkan usaha tani ramah longsor lahan seperti penanaman hijauan makanan ternak (HMT) melalui sistem panen pangkas.
- . Mengurangi beban mekanik pohon-pohon yang
besar-besar yang berakar dangkal dari kawasan yang curam dan menumpang di
atas lapisan impermeabel.
Penjarangan untuk Mengurangi Beban Tanah - Membuat Saluran Pembuangan Air (SPA) pada daerah yang berhujan tinggi dan merubahnya menjadi Saluran Penampungan Air dan Tanah (SPAT) pada hujan yang rendah.
- Mengurangi atau menghindari pembangunan teras bangku di kawasan yang rawan longsor lahan yang tanpa dilengkapi dengan SPA dan saluran drainase di bawah permukaan tanah untuk mengurangi kandungan air dalam tanah.
- Mengurangi intensifikasi pengolahan tanah daerah yang rawan longsor.
- Membuat saluran drainase di bawah permukaan (mengurangi kandungan air dalam tanah).
- Bila perlu, bisa dilengkapi bangunan teknik sipil/bangunan mekanik.
Contoh
jenis tanaman yang mempunyai akar tunggang dalam dan akar cabang banyak yang
berakar tunggang dalam dengansedikit akar cabang sebagai berikut :
- Pohon-pohon yang mempunyai akar tunggang dalam dan akar cabang banyak.
- Aleurites moluccana (kemiri)
- Vitex pubescens (laban)
- Homalium tomentosum (dlingsem)
- Lagerstroemia speciosa (bungur)
- Melia azedarach (mindi)
- Cassia siamea (johar)
- Acacia villosa
- Eucalyptus alba
- Leucaena glauca
- Pohon-pohon yang mempunyai akar tunggang dalam dengan sedikit akar cabang
- Swietenia macrophylla (mahoni daun besar)
- Gluta renghas (renghas)
- Tectona grandis (jati)
- Schleichera oleosa (kesambi)
- Pterocarpus indicus (sono kembang)
- Dalbergia sissoides (sono keling)
- Dalbergia latifolia
- Cassia fistula (trengguli)
- Bauhinia hirsula (tayuman)
- Tamarindus indicus (asam jawa)
- Acacia leucophloea (pilang)
C. KONSEP NERACA AIR
Deskripsi Singkat
Neraca
air merupakan alat untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi
di lapangan. Secara garis besar neraca air merupakan penjelasan tentang
hubungan antara aliran ke dalam (In flow) dan aliran ke luar (out flow) di
suatu daerah untuk suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air. Neraca air
juga dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air yang diterima oleh
tanaman dan kehilangan air dari tanaman beserta tanah melalui proses
evapotranspirasi.
Relevansi
Bagian
ini memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang berbagai proses hidrologi
yang terjadi pada suatu kawasan dan memberikan gambaran tentang neraca air yang
ada. Pemahaman mahasiswa terhadap konsep neraca air bisa dijadikan bekal untuk
mengelola suatu kawasan hutan yang mampu memberikan peran bagi kawasan
disekitarnya.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah
mengikuti kuliah pada bagian ini mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami
konsep neraca air terutama dalam kawasan hutan.Harapannya dengan mengetahui
konsep neraca air, mahasiswa dapat menganalisa dan mendesain pembangunan hutan
yang memiliki tujuan-tujuan tertentu misalnya untuk penyediaan sumberdaya air
kawasan.
Daur
Hidrologi
Gambar
diatas dapat diketahui bahwa penggerak daur hidrologi adalah matahari dan air
akan bergerak tanpa awalan dan tanpa akhiran. Keberadaan hutan hanya akan
berpengaruh terhadap beberapa komponen dalam seluruh daur hidrologi tersebut.
Meskipun demikian karena masing-masing komponen dalam daur hidrologi tersebut
akan saling berkaitan maka keberadaan hutan akan memberikan pengaruh yang nyata
dalam daur ini. Pengaruh hutan dalam daur air ini akan mulai nampak semenjak
hujan jatuh, yang sebagian akan terintersepsi baik di tajuk maupun di seresah,
sebagian akan terbuang kembali ke angkasa melalui proses evapotranspirasi.
Dalam lanjutan proses sebagai aliran permukaan daur air infiltrasi, perjalanan air tersebut juga dipengaruhi oleh adanya tahanan batang dan seresah hutan. Dengan demikian vegetasi hutan akan ikut merubah pola keseimbangan energi matahari sebagai penggerak utama proses daur hidrologi.
Dalam lanjutan proses sebagai aliran permukaan daur air infiltrasi, perjalanan air tersebut juga dipengaruhi oleh adanya tahanan batang dan seresah hutan. Dengan demikian vegetasi hutan akan ikut merubah pola keseimbangan energi matahari sebagai penggerak utama proses daur hidrologi.
Neraca Air
dalam Daerah Aliran Sungai
Daerah
aliran sungai (River Basin, drainage basin, watershed).
Persamaan
neraca air dalam daerah aliran sungai dapat disederhanakan menjadi :
P = Qo + Ea ± ΔS
Keterangan :
P= Presipitasi yang jatuh kedalam DAS
Qo= Aliran sungai yang keluar dari DAS di outletnya
Ea= Evapotranspirasi
ΔS= Perubahan
timbunan air dalam DAS
Neraca
air tersebut di atas menganggap tidak adanya masukan atau keluaran air dari DAS
yang disebelahnya. Kalau ada masukan ataupun keluaran yang terjadi karena
keadaan struktur geologi dan litologinya (batuan) maka persamaan neraca air
ditulis dengan persamaan :
P + Qsi = Qo + Qso + Ea + ΔS
P + Qsi = Qo + Qso + Ea + ΔS
Keterangan
:
Qsi=
Aliran masuk bawah permukaan (Transbasin Ground Waterinflow)
Qso
= Aliran keluar bawah permukaan (Transbasin Ground water Outflow
PRESIPITASI
Deskripsi
Singkat
Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen
hidrologi yang paling penting. Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (air)
dari atmosfer ke permukaan bumi. Hujan merupakan salah satu komponen input
dalam suatu proses dan menjadi faktor pengontrol yang mudah diamati dalam
siklus hidrologi pada suatu kawasan (DAS). Peran hujan sangat menentukan proses
yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem hidrologi dan
mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya. Mahasiswa akan belajar tentang
bagaimana proses terjadinya hujan, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya,
bagaimana karakteristik hujannya dan mempelajari cara menghitung rata-rata
hujan pada sutau kawasan dengan berbagai model penghitungan rata-rata hujan.
Relevansi
Dengan mempelajari proses terjadinya, faktor yang
berpengaruh dan karakteristik hujan mahasiswa memahami berbagai fenomena alam
yaitu hujan dan dapat melakukan penghitungan karakteristik hujan untuk dapat
digunakan sebagai suatu data input dari sistem hidrologi dengan menempatkan
stasiun pengukuran hujan yang tepat dan efektif sehingga mahasiswa mampu
melakukan analisis hujan untuk pembangunan kawasan hutan.
Tujuan
Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan mengerti dan
memahami proses terjadinya hujan, faktor-faktor yang mempengaruhi, mampu
memilih lokasi pemasangan stasiun hujan dan mampu melakukan perhitungan data
hujan untuk analisis hidrologi suatu kawasan, sehingga tujuan proses
pembelajaran dapat tercapai.
Pengertian
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan (dapat
berbentuk cair atau beku) dari atmosphere ke permukaan bumi. Presipitasi cair
dapat berupa hujan dan embun dan presipitasi beku dapat berupa salju dan hujan
es. Dalam uraian selanjutnya yang dimaksud dengan presipitasi adalah hanya yang
berupa hujan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya presipitasi diantara lain berupa :
- Adanya uap air di atmosphere
- Faktor-faktor meteorologis
- Lokasi daerah
- Adanya rintangan misal adanya gunung.
Jaringan Pengukur Hujan
Dengan
segala kekurangan dan kelebihannya, alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat
pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatik.
Beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi pada saat menempatkan alat pengukur hujan yaitu :
- Harus diletakkan di tempat yang bebas halangan atau pada jarak 4 kali tinggi obyek penghalang.
- Alat harus tegak lurus dan tinggi permukaan penakar antara 90-120 cm di atas permukaan tanah.
- Bebas dari angin balik
- Alat harus dilindungi baik dari gangguan binatang maupun manusia.
- Secara teknis alat harus standart.
- Dekat dengan tenaga pengamat.
Kepadatan minimum jaringan hujan
berikut ini telah direkomendasi guna maksud-maksud hidro meteorologis umum
(Linsley, et-al, 1982) :
- Untuk daerah datar, beriklim sedang, mediteranean dan zona tropis 600 - 900 km2 untuk setiap stasiun
- Untuk daerah-daerah pegunungan beriklim sedang, mediteranean dan zone tropis, 100 - 250 km2 untuk setip stasiun.
- Untuk pulau-pulau dengan pegunungan kecil dengan hujan yang beraturan, 25 km2 untuk setiap stasiun.
- Untuk zone-zone kering dan kutub, 1500-10.000 km2 untuk setiap stasiun.
Penghitungan
Hujan Rata-Rata Suatu Daerah
Hasil pengukuran data hujan dari masing-masing alat
pengukuran hujan adalah merupakan data hujan suatu titik (point rainfall).
Padahal untuk kepentingan analisis yang diperlukan adalah data hujan suatu
wilayah (areal rainfall).
Ada beberapa cara untuk mendapatkan
data hujan wilayah yaitu :
- Cara rata-rata aljabar
- Cara poligon thiessen
- Cara isohiet
1. Cara Rata-rata Aljabar
Cara
ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu hanya dengan membagi rata
pengukuran pada semua stasiun hujan dengan jumlah stasiun dalam wilayah
tersebut. Sesuai dengan kesederhanaannya maka cara ini hanya disarankan
digunakan untuk wilayah yang relatif mendatar dan memiliki sifat hujan yang
relatif homogen dan tidak terlalu kasar.
2.Cara Poligon Thiessen
Cara
ini selain memperhatikan tebal hujan dan jumlah stasiun, juga memperkirakan
luas wilayah yang diwakili oleh masing-masing stasiun untuk digunakan sebagai
salah satu faktor dalam menghitung hujan rata-rata daerah yang bersangkutan.
Poligon dibuat dengan cara menghubungkan garis-garis berat diagonal terpendek
dari para stasiun hujan yang ada.3. Cara Isohiet
Isohiet
adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi hujan yang
sama. Metode ini menggunakan isohiet sebagai garis-garis yang membagi daerah
aliran sungai menjadi daerah-daerah yang diwakili oleh stasiun-stasiun yang
bersangkutan, yang luasnya dipakai sebagai faktor koreksi dalam perhitungan
hujan rata-rata.
INFILTRASI
Deskripsi Singkat
Infiltrasi
dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air
permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air
tanah.Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya
dan derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah
permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah.Air yang berinfiltrasi pada sutu
tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan
juga oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.
Relevansi
Dengan
mempelajari proses terjadinya dan faktor yang berpengaruh dalam proses
infiltrasi terutama pada infiltrasi di bawah tegakan hutan, mahasiswa memahami
berbagai fungsi penting dari hutan sebagai salah satu media untuk meningkatkan
proses masuknya air ke dalam tanah sehingga peran hutan dalam mengendalikan
aliran permukaan nampak lebih jelas. Dengan memahami proses dan cara
pengukurannya, mahasiswa dapat melakukan analisis dan mendesain pembangunan/pengelolaan
suatu kawasan hutan dengan memperhatikan peran proses infiltrasi di dalamnya.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah
mempelajari bab ini mahasiswa akan mengerti dan memahami proses infiltrasi,
faktor-faktor yang mempengaruhi, mampu melakukan pengukuran dan perhitungan
untuk untuk analisis hidrologi suatu kawasan.
Pengertian
Infiltrasiadalah
proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi adalah gerakan
aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation).Infiltrasi
berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan dan juga
berpengaruh terhadap laju aliran permukaan (run off).
Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Laju Infiltrasi
Beberapa
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
- Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
- Kelembaban tanah
- Pemampatan tanah oleh curah hujan
- Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan)
- Pemampatan oleh orang dan hewan
- Struktur tanah
- Tumbuh-tumbuhan
- Udara yang terdapat dalam tanah
- Topografi
- Intensitas hujan
- Kekasaran permukaan
- Mutu air
- Suhu udara
- Adanya kerak di permukaan.
Apabila
faktor-faktor di atas dipisahkan maka akan terbagi menjadi 2 faktor pengaruh
utama yaitu :
- Faktor yang mempengaruhi air untuk tinggal di suatu tempat sehingga air mendapat kesempatan untuk berinfiltrasi.
- Faktor yang mempengaruhi proses masuknya air ke dalam tanah.
Penghitungan Infiltrasi Menggunakan
Rumus Horton
f
= fc + ( fo - fc ) e-kt
Rumus
ini berlaku apabila i > f
f
= infiltration capacity at any time t
fc
= the value of infiltration after it reaches a constant value
fo
= infiltration capacity at the start
k
= a constant
t
= time from the beginning of precipitation
Contoh
penghitungan infiltrasi :
Deskripsi Singkat
Evaporasi
merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila
air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal
pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang
basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari
pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan mengurangi
evaporasi pada tingkat yang lebih rendah. Transpirasi pada dasarnya merupakan
salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses fotosintesis pada
permukaan daun (tajuk). Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam
kajian-kajian hidrometeorologi.
Relevansi
Dengan
mempelajari proses terjadinya, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
evapotranspirasi, mahasiswa dapat melakukan analisis neraca air suatu kawasan
hutan melalui pendekatan dari model-model penghitungan evapotranspirasi yang
ada. Dengan menguasai metode ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
pengelolaan hutan dengan mendasarkan pada hasil neraca airnya.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah
mempelajari bagian ini, mahasiswa dapat melakukan pengukuran dan analisis
evapotranspirasi melalui pendekatan model-model neraca air.Harapannya mahasiswa
mampu melakukan monitoring dan evaluasi suatu kawasan hutan melalui pendekatan
neraca air kawasannya.
Pengertian dan Faktor
Evapotranspirasi
Peristiwa
berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air
ke udara disebut evaporasi (penguapan).Peristiwa pengauapan dari tanaman
disebut transpirasi.Kedua-duanya bersama-sama disebut evapotranspirasi.
Faktor-faktor
utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam Seyhan, 1977) :
- Faktor-faktor meteorologi
- Radiasi Matahari
- Suhu udara dan permukaan
- Kelembaban
- Angin
- Tekanan Barometer
- Faktor-faktor Geografi
- Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)
- Jeluk tubuh air
- Ukuran dan bentuk permukaan air
- Faktor-faktor lainnya
- Kandungan lengas tanah
- Karakteristik kapiler tanah
- Jeluk muka air tanah
- Warna tanah
- Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi
- Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain)
Model-model Analisis Evapotranspirasi
Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam
kajian-kajian hidrometeoro-logi. Pengukuran langsung evaporasi maupun
evapotranspirasi dari air maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami
banyak kendala. Untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan
menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya
evapotranspirasi. Apabila jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor
pembatas, maka evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi yang
maksimal dan kondisi itu dikatakan sebagai evapotranspirasi potensial tercapai
atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial akan berlangsung bila pasokan
air tidak terbatas bagi stomata maupun permukaan tanah.
Pada daerah-daerah yang kering besarnya evapotranspirasi
sangat tergantung pada besarnya hujan yang terjadi dan evapotranspirasi yang
terjadi pada saat itu disebut evapotranspirasi aktual.
Analisis
Evapotranspirasi Metode Meyer
E = 0,35 (ea – ed) (1 + V/100) mm/hari
Ed = ea * RH
ea ===>lihat tabel berdasar t bola kering
RH ===>lihat tabel berdasar t bola basah &Δ t
V = kecepatan angin (mile/hari)
Evapotranspirasi merupakan faktor dasar untuk menentukan
kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam
siklus hidrologi.
Analisis
Evapotranspirasi Potensial Metode Thornwaite
Data yang diperlukan dalam metode ini adalah suhu
rata-rata bulanan yang didapat dari suhu rata-rata harian. Data tersebut dianalisis
dengan rumus-rumus :
Analisis Neraca Air Metode Thornwaite Mather
Perhitungan neraca air menurut fungsi meteorologis sangat
berguna untuk evaluasi ketersediaan air di suatu wilayah terutama untuk
mengetahui kapan ada surplus dan defisit air. Neraca air ini umumnya dihitung
dengan metoda Thornthwaite Mather.
Data yang diperlukan berupa :
1. Curah hujan bulanan
2. Suhu udara bulanan
3. Penggunaan lahan
4.
Jenis tanah atau tekstur tanah
5.
Letak garis lintang
Langkah-langkah
perhitungan :
1. Hitung suhu udara bulanan rata-rata
Data suhu udara pada umumnya sulit diperoleh, oleh karena itu suhu udara dapat diperkirakan dengan data suhu yang ada di suatu tempat :Δ t = 0,006 x Δ ht1 = t
2 ± ΔtΔ h = beda tinggi tempat lokasi 1 dengan lokasi 2 (dalam meter)Δ t = beda suhu udara (Δ C);t2 = suhu udara di lokasi 2.
Data suhu udara pada umumnya sulit diperoleh, oleh karena itu suhu udara dapat diperkirakan dengan data suhu yang ada di suatu tempat :Δ t = 0,006 x Δ ht1 = t
2 ± ΔtΔ h = beda tinggi tempat lokasi 1 dengan lokasi 2 (dalam meter)Δ t = beda suhu udara (Δ C);t2 = suhu udara di lokasi 2.
2. Hitung Evapotranspirasi dengan
metode Thornthwaite Mather (Ep)
- Hitung selisih hujan (P) dengan evapotranspirasi
- Hitung “accumulated potential water losses” (APWL)
- Hitung “Water Holding Capacity” (Sto) berdasar Tabel (Lampiran 4)
- Hitung soil moisture storage (St.)
- Sto dihitung atas dasar data tekstur tanah, kedalaman akar
- Hitung delta St tiap bulannyaΔ st = Sti bulan ke i dikurangi St bulan ke (i – 1)
- Hitung evapotranspirasi aktual (Ea)
- untuk bulan basah ( P > Ep), maka Ea = Ep
- untuk bulan kering ( P < Ep), maka Ea = P + |- Δ St|
- Hitung surplus air (S); Bila P > Ep, maka S = ( P – EP) - Δ St.
- Hitung defisit (D), D = Ep - Ea.
Analisis Evapotranspirasi Metode
Turc Langbein
Rumus
umum yang digunakan yaitu konsep neraca air secara meteorologis pada suatu DAS
(Seyhan, 1977) :
P
= R + Ea ± Δ St
Dalam
hal ini :
P = curah hujan
R = limpasan permukaan
Ea = evapotranspirasi aktual
Δ St = perubahan
simpanan
Apabila neraca air tersebut diterapkan untuk periode
rata-rata tahunan, maka Δ St dapat
dianggap nol, sehingga surplus air yang tersedia adalah :
R
= P – Ea
Dan
jumlah air yang tersedia diperkirakan sebesar 25% hingga 35% dari surplus air.
Menurut
Keijne (1973), evapotranspirasi aktual tahunan dapat diperkirakan dengan menggunakan
rumus Turc-Langbein :
Dalam
hal ini :
E = evapotranspirasi aktual (mm/tahun)
Eo = evaporasi air permukaan (mm/tahun)
P = curah hujan rata-rata (mm/tahun)
T = suhu udara rata-rata (oC)
Nilai suhu udara dapat diketahui berdasarkan data suhu
udara rata-rata tahunan dari stasiun yang diketahui dengan persamaan :
T1 = T2 ± (Z1 – Z2) 0,006
Dalam hal ini :
T1 = suhu udara yang dihitung pada stasiun 1
T2 = suhu udara yang diketahui dari stasiun 2
Z1
= elevasi stasiun 1
Z2
= elevasi stasiun 2
D. METODE
PENGUKURAN DEBIT AIR
Deskripsi
Singkat
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai
hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran
sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS.
Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi
neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumberday aair permukaan
yang ada.
Relevansi
Bagian ini memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang
berbagai metode dan teknik pengukuran debit aliran dengan berbagai peralatan
yang diperlukan. Pemahaman mahasiswa terhadap metode pengukuran debit aliran
bisa dijadikan bekal untuk melakukan pengukuran-pengukuran potensi air
permukaan yang dapat bermanfaat dalam pengelolaan sumberdaya air.
Tujuan
Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kuliah pada bagian ini mahasiswa
diharapkan mengerti dan memahami berbagai metode pengukuran debit aliran.
Harapannya dengan mengetahui metode pengukuran debit, mahasiswa dapat
menganalisa dan mendesain pengelolaan sumberdaya air suatu kawasan yang
memiliki tujuan-tujuan tertentu misalnya untuk penyediaan sumberdaya air
kawasan.
Pengukuran Kecepatan Arus Sungai
Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam
alur tidak sama arah horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain
kecepatan aliran pada tepi alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan
aliran dekat permukaan air tidak sama dengan kecepatan pada dasar alur.
Distribusi Kecepatan Aliran
A : teoritis
B : dasar saluran kasar dan banyak tumbuhan
C : gangguan permukaan (sampah)
D : aliran cepat, aliran turbulen pada dasar
E : aliran lambat, dasar saluran halus
F : dasar saluran kasar/berbatu
Ada beberapa
metode pengukuran debit aliran sungai yaitu :
- Area-velocity method
- Tracer method
- Slope area method
- Weir dan flume
- Volumetric methodArea
Velocity Method
Pada
prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan
aliran.Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan
pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur.Kecepatan
aliran dapat diukur dengan metode : metode current-meter dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran
(kecepatan arus). Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling
(proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi kecepatan
aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horisontal, maka
pengukuran kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada satu titik. Debit
aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak semua metode
pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi
(jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan
dicapai.
Pengukuran Debit dengan Cara Apung
(Float Area Methode)
Jenis-jenis
pelampung dapat dilihat pada Gambar 30.
Prinsip :
Prinsip :
·
kecepatan
aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U)
- luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L) dan kedalaman saluran (D)
- debit sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah konstanta
Q = A x k x U
Q = debit (m3/det)
U = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2)
k
= koefisien pelampung
Pengukuran
Debit dengan Current-meter
Prinsip
:
·
kecepatan
diukur dengan current meter
- luas penampang basah ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air. Kedalaman dapat diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali.
Pengukuran
:
Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan
dalam Tabel berikut :
Cara
Pengukuran Kecepatan Aliran
Keterangan
:
Vs
di ukur 0,3 m dari permukaan air
Vb
di ukur 0,3 m di atas dasar sungai
Kecepatan
aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu putarannya
(N = putaran/dt). Kecepatan aliran V = aN + b dimana a dan b adalah nilai
kalibrasi alat current meter. Hitung jumlah putaran dan waktu putaran
baling-baling (dengan stopwatch).
Pengukuran Debit dengan Metode
Kontinyu
Current
meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant
dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan
kecepatan yang sama.
Pengukuran
Debit dengan Metode Kontinyu.
Current
meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant
dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan
kecepatan yang sama.
ESTIMASI DEBIT AIR
Banyak
cara yang dapat dipakai untuk membuat estimasi debit banjir, dan ini tergantung
pada data yang tersedia.
Bilamana
tidak tersedia debit banjir, debit banjir dapat diperkirakan dengan menggunakan
rumus-rumus empiris. Metode perkiraan debit banjir dapat dikelompokkan atas
dasar kelompok data hidrologi sbb.:
Metode
Perkiraan Debit Banjir
Data
Hujan dan Data Debit Tidak Ada
Estimasi
debit banjir dapat menggunakan cara “regional flood estimation”. Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa debit banjir merupakan fungsi dari luas DAS.Dengan
menggunakan bekas banjir yang ada pada tebing alur sungai dapat ditentukan luas
penampang basah dan gradient garis energi.
Penampang Sungai dan Profil
V = kecepatan aliran (m/detik)
R = jari-jari hidraulis (m)
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah (m)
n = koefisien kekasaran Manning
S’ = kemiringan permukaan aliran / energi slope /
gradient garis energi (desimal)
Q = debit (m3/detik)
L = panjang segmen sungai yang diukur
Dari beberapa faktor utama yang mempengaruhi koefisien
kekasaran Manning,
COWAN telah mengembangkan suatu cara untuk
memperkirakan besarnya n.
n = ( n0 +
n1 + n2 + n3 + n4 ) n5
Cara ini mendasarkan pada rumus Manning. Cara ini
sebetulnya untuk sungai yang mempunyai aliran yang uniform. Perhitungan
koefisien kekasaran Manning menurut Cowan disajikan dalam tabel di bawah ini.
Perhitungan Koefisien Kekasaran Manning Menurut Cowan
Harga n = (n0 + n1 + n2 + n3 + n4) n5
Bila Hanya Tersedia Data Hujan
Bila hanya tersedia data hujan, maka estimasi debit
banjir dapat dikerjakan dengan persamaan Rasional.
Pertama
kali diajukan oleh Kuichling di USA tahun 1889.
Asumsinya
:
- hujan yang turun dengan kurun waktu sama dengan tc.
- hujan jatuh merata di seluruh DAS dengan intensitas yang seragam selama durasi hujan.
- periode ulang debit puncak yang dihasilkan sama dengan periode ulang intensitas hujan.
- hujan yang jatuh semua menjadi run-off.
- Q = f . C I A
- Q = peak discharge (m3/detik)
- f = faktor korelasi satuan
- f = 0,278 apabila A = km2 dan I = mm/jam
C = run off koefisien yang besarnya ditentukan oleh watak/karakteristik DAS - I = intensitas hujan maksimum dalam selang waktu konsentrasi
- A = luas DAS (km2).
- Tc = time concentration adalah waktu yang diperlukan untuk bergeraknya air dari titik aliran terjauh dari suatu DAS sampai dengan titik pelepasan.
dimana
:
L
= panjang sungai (m)
S
= kemiringan sungai (desimal)
H
= beda tinggi dari tempat terjauh sampai dengan outlet yang dimaksud (m).
Yang
dipakai dalam rumus Rasional yang C Storm rainfall.
Besarnya
koef.aliran (C) dipengaruhi oleh :
- tanah : tekstur, tebal solum, struktur, lengas tanah sebelum jatuh hujan.
- tanah : tekstur, tebal solum, struktur, lengas tanah sebelum jatuh hujan.
- vegetasi : jenis, kerapatan, keadaan.
- karakteristik hujan : intensitas dan lama hujan
- - kelerengan DAS
- penggunaan lahan.
Intensitas
curah hujan dapat dihitung dengan rumus MONONOBE :
Rumus
rasional sangat berguna untuk merancang saluran pembuang air hujan dari teras.
Debit puncak dihitung atas dasar rancangan curah hujan dengan periode ulang
tertentu tergantung nilai penting bangunan atau resiko banjir.
Diagram
Alir Menghitung Qp dengan Rumus Rasional
E. PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN
Pengertian
Lengkung
aliran debit (Discharge Rating Curve), adalah kurva yang menunjukkan hubungan
antara tinggi muka air dan debit pada lokasi penampang sungai tertentu. Debit
sungai adalah volume air yang melalui penampang basah sungai dalam satuan waktu
tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m3/detik atau l/detik.
Lengkung aliran dibuat berdasarkan data pengukuran aliran
yang dilaksanakan pada muka air dan waktu yang berbeda-beda. Kemudian data
pengukuranan aliran tersebut digambarkan pada kertas arithmatik atau kertas
logaritmik, tergantung pada kondisi lokasi yang bersangkutan. Tinggi muka air
digambarkan pada sumbu vertikal sedang debit sumbu horizontal.
lengkung aliran disamping berguna untuk dipakai sebagai
dasar penentuan besarnya debit sungai di lokasi dan tinggi muka air pada
periode waktu tertentu, juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya perubahan
sifat fisik dan sifat hidraulis dari lokasi penampang sungai yang bersangkutan.
Persiapan Membuat Lengkung Aliran
Untuk mendapatkan hasil yang benar dan sesuai dengan
kondisi lapangan diperlukan data antara lain sebagai berikut:
- Data debit hasil pengukuran aliran, data ini harus cukup, minimal 30 data tersedia dari saat muka air rendah sampai muka air banjir, dan dapat dipercaya kebenarannya.
- Data muka air pada saat pengukuran aliran diadakan, data muka air rendah untuk menentukan besarnya debit terkecil, data muka air tertinggi, baik aliran tersebut tertampung pada penampang sungai ataupun aliran melimpas, berguna untuk menentukan debit terbesar.
- Data titik aliran nol (zero flow), berguna untuk menentukan arah lengkung aliran pada muka air rendah pada periode waktu tertentu.
- Data penampang sungai, berguna untuk menentukan arah dan bentuk dari lengkung aliran, serta berguna untuk memperkirakan debit banjir bila belum dilakukan pengukuran aliran pada saat banjir.
- Informasi tentang stabilitas dan materi dasar penampang sungai, serta sifat dari bentuk morfologis sungai.
- Sifat aliran, seperti informasi tentang kemiringan muka air, kecepatan aliran, penyebaran arah aliran, sifat kenaikan dan penurunan muka air pada saat banjir dan sebagainya.
Metode Pembuatan Lengkung Aliran (Discharge Rating Curve)
Di bab terdahulu telah dikatakan bahwa lengkung aliran
merupakan gambaran dari sifat fisik hidraulis dari lokasi penampang sungai,
biasanya gambaran tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Q = A’ X V
Q = Debit, (m3/det)
A’ = Luas penampang basah (m2)
V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dt)
Apabila penampang sungainya teratur dan stabil, maka baik
(A’) maupun (V) merupakan fungsi dari nilai tinggi muka air (H). Semua titik
dengan koordinat-koordinat (H,Q) pada grafik arithmatik akan merupakan garis
lengkung.
Di bawah ini akan dicoba mengemukakan dua metode
pembuatan lengkung aliran, yaitu metode :
- Metode Analitik
- Metode Logaritmik.
Metode Logaritmik
Dalam metode logaritmik, persamaan rating curvenya dalam bentuk
:
Q = a ( H -
H0 ) b
dimana :
Q = debit
H = tinggi muka air
H0 = tinggi muka air pada aliran nol ( saat Q = 0 )
a dan b konstanta.
Titik aliran nol (H0)
Titik aliran nol (H0)
Data titik aliran nol ( H0 ), berguna untuk menentukan
arah lengkung aliran pada tinggi muka air rendah.Cara yang baik untuk
menentukan nilai H0 adalah dengan cara mengukur langsung pada lokasi penampang
sungai yang bersangkutan.
Metode Analitik
Dengan
metode ini penentuan lengkung aliran ditentukan dengan cara kwadrat terkecil
(least square), pada cara ini diusahakan agar jumlah kwadrat penyimpangan harga
debit hasil pengukuran aliran terhadap debit lengkung aliran, menjadi minimum
(terkecil).
Muatan suspensi merupakan hasil kejadian erosi baik erosi
permukaan maupun erosi tebing sungai. Kadar muatan suspensi adalah banyaknya
material suspensi yang dikandung oleh sejumlah air dari aliran sungai dalam
satuan volume tertentu, setelah material dikeringkan dan dinyatakan dalam
miligram/liter (mg/lt).
Menurut
Soewarno (1991), berdasarkan mekanisme pengangkutannya, sedimen dibagi menjadi
:
- Muatan sedimen melayang (suspended load)
Muatan sedimen melayang merupakan
material dasar sungai (bed material) yang melayang di dalam aliran sungai dan
terutama terdiri dari butiran-butiran pasir halus.
- Muatan sedimen dasar (bed load)
Muatan sedimen dasar berupa
partikel-partikel kasar yang bergerak sepanjang dasar sungai.Pengukuran
suspensi selalui disertai dengan pengukuran debit.
Perhitungan
hasil suspensi dari suatu DAS pada suatu stasiun pengukuran diperkirakan dari
analisis muatan suspensi.
Perhitungan
Debit Suspensi
- Hitung berat suspensiBerat suspensi = g2 – g1g2 = berat filter isig1 = berat filter kosong
- Hitung konsentrasi suspensi (Csi)
Volume
air adalah volume air contoh suspensi, dihitung dalam satuan liter.
- Konsentrasi
suspensi rata-rata (Cs)Pada waktu mengukur debit, diambil beberapa contoh
suspensi dalam setiap seksi-seksinya mempunyai konsentrasi suspensi yang
berbeda. Berapa suspensi rata-rata pada debit aliran yang bersangkutan.
- Hitung debit suspensiSetiap debit aliran mempunyai atau mengangkut suspensi. Bila diketahui debit aliran sungai dan konsentrasi suspensinya (konsentrasi suspensi pada debit bersangkutan) maka debit suspensi (Qs) dapat dihitung sebagai berikut :
Qs = Cs Q
Qs
= debit suspensi (kg/dt) pada debit Q
Cs
= konsentrasi suspensi (kg/m3) pada debit Q
Q
= debit aliran (m3/detik)
Total
suspensi yang diangkut oleh aliran sungai dapat dihitung dengan cara tak
langsung, yaitu dengan menggunakan grafik atau rumus regresi hubungan debit
dengan debit suspensi.
Bila
sudah diperoleh data seperti tersebut di atas, maka langkah selanjutnya membuat
hubungan Q dan Qs dengan model :
a
dan b adalah konstanta regresi, dicari dengan teknik regresi biasa dengan
terlebih dahulu dilakukan transformasi logaritma dari nilai Qs dan Q.
Kalau
model regresi sudah didapat dan ketelitiannya dapat diandalkan, maka debit
suspensi dapat diturunkan dari data aliran.
Berdasarkan
penelitian-penelitian suspensi pada waktu aliran naik dan turun, meskipun pada
tinggi muka air yang sama tetapi memiliki nilai suspensi yang berbeda.Perbedaan
Konsentrasi Suspensi pada Aliran Naik dan Aliran TurunLengkung turun meskipun
pada tinggi muka air yang sama atau debit sama. Oleh karena itu untuk studi
khusus ini perlu dibuat :
Kalau
diketahui presentase muatan dasar (bed load) terhadap muatan suspensi, maka
dapat dihitung total sedimen yang keluar dari DAS
G. PEMISAHAN ALIRAN DAN VOLUME
ALIRAN
Runoff
adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan
kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi;
airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface).
Komponen
Runoff
Runoff
terdiri dari beberapa komponen
Hasil
runoff dari DAS di suatu tempat biasanya disajikan dalam bentuk tabel maupun
grafik.Grafik yang menggambarkan fenomena aliran (tinggi muka air, debit,
kecepatan dll) dan waktunya disebut hidrograf (Hydrograph).
Umumnya ada dua macam hidrograf yaitu :
-
Hidrograf Tinggi Muka Air (stage hydrograph)
-
Hidrograf Aliran (discharge hydrograph)
Hidrograf
tinggi muka air dihasilkan dari rekaman alat yang disebut Automatic Water Level
Recorder (AWLR) yang dipasang pada stasiun pengukur aliran sungai (SPAS).
Sedang hidrograf aliran diturunkan dari hidrograf tinggi muka air dengan
menggunakan “Stage discharge Rating Curve”. Yang dibuat khusus untuk SPAS yang
bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar