MAKALAH GEOLOGI TEKNIK
BAB I
PENDAHULUAN
Pada
dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yan terdapat diatas
permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Bebatuan yang berada diatas bukit mungkin dahlunya berasal
dari bawah laut. Oleh karena itu untu mempelajari bumi maka dimensi “waktu”
menjadi sangat penting, dengan demikian mempelajari sejarah bumi juga menjadi
hal yang sangat enting pula. Ketika kita berbicara tentang catatan sejarah
manusia, maka biasanya ukuran waktunya dihitung dalam tahun, atau abad atau
bahkan pula puluhan abad. Akan tetapi apabila kita berbicara tentang sejarah
bumi, maka ukuran waktu dihitung dalam jutaan tahun atau milyaran tahun.
Waktu
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari.
Catatan waktu biasanya disimpan dalam suatu penanggalan ( kalender ) yang
pengukurannya didasarkan atas peredaran bumi di alam semesta. Sekali bumi
berputar pada sumbunya ( satu kali rotasi ) dikenal dengan satu hari, dan
setiap kalibumi mengelilingi Matahari dikenal dengan satu tahun. Sama halnya
dengan perhitungan waktu dalam kehidupan manusia, maka dalm mempelajari sejarah
bumi juga dipakai suatu jenis penanggalan, yang dikenal dengan nama “skala
waktu geologi”.
Skala
waktu geologi berbeda dengan penanggalan yang kita kenal sehari-hari. Skala
waktu geologi dapat diumpamakan sebagai sebuah buku yang tersusun dari
halaman-halaman, dimana setiap halaman dari buku tersebut diwakili oleh batuan.
Beberapa halaman dari buku tersebut kadang kala hilang dan halaman buku
tersebut tidak diberi nomor, namun demikian kita masih dapat membaca buku
tersebut karena ilmu geologi menyediakan alat kepada kita untuk membantu
membaca buku tersebut.
Konsep
waktu ( yang benar ) ditemukan di Edinburg pada dekade 1770-an oleh sekelompok
ilmuan yang dipimpin oleh James Hutton, mereka menantang konsep waktu
konvensional yang telah ada di sepajang sejarah hidup manusia, yang menyatakan
bahwa unit waktu terukur adalah rentang hidup manusia dan bahwa umur planet
Bumi hanya 6000 tahun ( yang dihitung oleh Uskup Ussher berdasarkan kronologi
alkitab ). Huton dan kawan-kawan telah mempelajari batuan disepanjang pesisir
Skotlandia dan menyimpulkan bahwa setiap formasi batuan betapapun tua, adalah
hasil erosi dari batuan lain yang jauh lebih tua. Penemuan mereka
memperlihatkan bahwa waktu terentang sangat jauh melebihi yang manusia
bayangkan. Penemuan tersebut merubah cara pandang manusia terhadap
bumi,pplanet, bintang, dan juga terhadap kehadiran manusia itu sendiri.Sesungguhnya,
konsep waktu yang berdasarkan observasi formasi batuan tersebut berakar dari
prinsip paling dasar dalam ilmu Geologi, yaitu prinsip keseragaman
(uniformitarianisme), yang menjadi dasar Geologi modern.
1.1 Latar
Belakang Masalah
Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya
bumi dan Logos yang artinya ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari
bumi. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk Komposisi,
keterbentukan, dan sejarahnya.
Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi,
pembentukan, dan sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi.
Dengan kata lain batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.
Konsep waktu (yang benar) ditemukan di Edinburgh pada dekade 1770-an oleh
sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh James Hutton. Mereka menantang konsep
waktu konvensional yang telah ada di sepanjang sejarah hidup manusia, yang
menyatakan bahwa unit waktu terukur adalah rentang hidup manusia dan bahwa umur
planet Bumi hanya 6000 tahun (yang dihitung oleh Uskup Ussher berdasarkan
kronologi alkitab). Hutton dan kawan-kawan telah mempelajari batuan di
sepanjang pesisirSkotlandia dan menyimpulkan bahwa setiap formasi batuan,
betapapun tua, adalah hasil erosi dari batuan lain, yang jauh lebih tua.
Penemuan mereka memperlihatkan bahwa waktu terentang sangat jauhmelebihi
manusia mampu bayangkan. Penemuan tersebut merubah cara pandang manusia
terhadap Bumi, planet, bintang, dan juga terhadap kehadiran manusia itu
sendiri. Sesungguhnya, konsep waktu yang berdasarkan observasi formasi batuan
tersebut berakar dari prinsip paling dasar dalam ilmu Geologi, yaitu prinsip
keseragaman (uniformitarianisme), yang menjadi dasar Geologi modern.
Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk
menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah
Bumi. Tabel periode geologi yang ditampilkan di halaman ini disesuaikan dengan
waktu dan tatanama yang diusulkan oleh International Commission on Stratigraphy
dan menggunakan standar kode warna dari United States Geological Survey.
Bukti-bukti dari penanggalan radiometri menunjukkan bahwa bumi berumur sekitar
4.570 juta tahun. Waktu geologi bumi disusun menjadi beberapa unit menurut
peristiwa yang terjadi pada tiap periode.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang dibahas dalam makalah
ini adalah
1.2.1
Apa prinsip yang mendasari perhitungan waktu secara
geologi?
1.2.2
Bagaimana penentuan skala waktu geologi dengan
fosil ?
1.2.3
Bagaimana penentuan waktu geologi dengan skala?
1.2.4
Bagaimana penentuan waktu geologi dengan carbon -14?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan dalam makalah ini adalah
1.2.5
Memahami prinsip-prinsip yang mendasari perhitungan
waktu geologi.
1.2.6
Mengetahui penentuan waktu geologi dengan
menggunakan fosil.
1.2.7
Mengetahui penentuan waktu geologi menggunakan
skala.
1.2.8
Mengetahui penentuan waktu geologi dengan
menggunakan carbon 14.
1.3 Manfaat
Penulisan
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini
hendaknya pembaca dapat memahami sejarah dai perkembangan bumi ini, khususnya
mengenai skala revolusi bumi dengan pengelompokan periode dan masa. Kita
sebagai makhluk yang menghuni bumi tentu harus mengetahui seluk-beluk tentang
tempat yang kita huni ini. Baik itu manfaatnya, maupun sejarah daripada bumi
itu sendiri. Dibumi sendiri banyak terdapat benda-benda yang belum kita ketahui
darimana asalny dan bagaimana ia bisa terbentuk. Oleh karna itu, didalam
makalah ini dijelaskan bagian-bagian tertentu dari sejarah bumi berikut juga
dengan conto-contohnya.
1.4 Tinjauan
Pustaka
Hutton mengatakan “we find no vestige of a
beginning, and no prospect of an end”
Nicolas Steno dalam suatu urutan batuan sedimen yang belum
terganggu, batuan yang paling tua diendapkan paling bawah sedangkan batuan yang
paling muda diendapkan paling atas.
James Hutton intrusi batuan beku atau patahan
harus lebih muda daripada batuan yang diintrusi atau yang terpatahkan.
William Smith fosil yang ada di lapisan paling bawah lebih tua
daripada fosil pada lapisan paling atas.
David W. Taylor dari Indiana
University menyimpulkan bahwa tumbuh-tumbuhan berbunga telah ada jauh
lebih awal.
1.5 Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode
penulisan deskriptif mengenai penjelasan suatu permasalahan yang diambil dari
buku maupun situs di internet. Hal itu dikarenakan untuk lebih mempermudah
memahami dalam setiap isi yang terdapat dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-prinsip yang mendasari penanggalan waktu
geologi.
Pendapat paling dominan sebelum abad ke-18 dimiliki oleh kelompok gereja
berdasarkan kajian tekstual terhadap alkitab, mereka menyatakan umur Bumi tidak
lebih tua dari 6.000 tahun. Penciptaan Bumi dan segala isinya dalam waktu
sedemikian singkat dipercaya melibatkan proses katastropis. Pendapat ini lazim
disebut sebagai teori penciptaan. Salah seorang ilmuwan pendukung teori
penciptaan adalah Baron Georges Cuvier (1769-1832). Pengamatannya terhadap
kumpulan fosil pada setiap lapisan batuan dianggapnya sebagai bukti adanya
peristiwa bencana alam bersifat katastropis yang memusnahkan setiap makhluk
hidup di setiap kurun waktu tertentu. Upaya ilmiah untuk menentukan umur Bumi
telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan. Georges Louis de Buffon (1707-1788)
menyatakan Bumi mendingin perlahan-lahan dari suatu bola panas. Dengan membuat
percobaan laboratorium dengan beberapa bola besi berbagai diameter dan
dibiarkan dingin mengikuti temperatur kamar, de Buffon melakukan ekstrapolasi
terhadap diameter Bumi sesungguhnya dan menentukan usia Bumi sekitar 75.000
tahun.
Sekelompok ilmuwan lainnya pada paruh abad ke-18 menghitung kecepatan
pengendapan berbagai sedimen dan melakukan ekstrapolasi terhadap ketebalan
batuan sedimen yang diketahui saat itu, menghasilkan rerata umur Bumi sekitar 1
juta tahun. John Joly, seorang geolog Irlandia, pada abad ke-19 berasumsi bahwa
air laut pada mulanya bersifat tawar namun kemudian menjadi asin akibat mineral
garam yang dibawa oleh sungai. Dengan menghitung volume seluruh airlaut yang
ada di Bumi, dia menentukan waktu 90 juta tahun untuk lautan mencapai kadar
salinitas saat ini, yang kemudian dianggap sebagai umur Bumi. Pada tahun 1785,
James Hutton (1726-1797), seorang geolog Skotlandia, berdasarkan studi detail
terhadap singkapan batuan dan proses alam yang tengah berlangsung saat
itu, mengemukakan prinsip keseragaman (uniformitarianisme). Konsep tersebut
menyatakan proses geologi yang sama telah bekerja pula pada waktu lampau, dan Hutton
menuliskannya sebagai “we find no vestige of a beginning, and no prospect of an
end”. Keunggulan prinsip ini lah yang mengantarkan Hutton sebagai Bapak Geologi
Modern.
Pada tahun 1830, Charles Lyell, seorang murid James Hutton, menerbitkan
buku “Principles of Geology”. Konsep keseragaman menjadi diterima secara luas
oleh kalangan ilmuwan dan usia Bumi yang sangat tua diterima oleh masyarakat.
Kelak, buku tersebut juga sangat mempengaruhi teori evolusi yang dikembangkan
oleh Charles Darwin pada tahun 1859. Lord Kelvin (1824-1907), seorang fisikawan
Inggris yang sangat dihormati, pada tahun 1866 mengklaim telah mematahkan
fondasi uniformitarianisme geologi.
Beranjak dari asumsi umum bahwa Bumi berawal dari sebuah bola panas, Kelvin
menghitung usia terbentuknya Bumi berdasarkan suhu leleh batuan, dimensi Bumi
dan koefisien pendinginan. Dia menyatakan umur Bumi tidak mungkin lebih tua
dari 100 juta tahun. Pendapat Kelvin membuat masyarakat ilmuwan terbelah,
antara mendukung konsep Hutton atau menerima kalkulasi Kelvin (yang tampak
sangat logis). Pada akhirnya, kampanye Kelvin selama 40 tahun harus berakhir
dengan ditemukannya unsur radioaktif di penghujung abad ke-19. Materi
radioaktif dipercaya menjaga panas internal Bumi relatif konstan. Penemuan
radioaktif tersebut sekaligus membuat para geolog menghitung umur batuan secara
mutlak dan menemukan bahwa Bumi memang sangat tua.
Pendapat paling dominan sebelum abad ke-18 dimiliki oleh kelompok gereja
berdasarkan kajian tekstual terhadap alkitab, mereka menyatakan umur Bumi tidak
lebih tua dari 6.000 tahun. Penciptaan Bumi dan segala isinya dalam waktu
sedemikian singkat dipercaya melibatkan proses katastropis. Pendapat ini lazim
disebut sebagai teori penciptaan. Salah seorang ilmuwan pendukung teori
penciptaan adalah Baron Georges Cuvier (1769-1832). Pengamatannya terhadap
kumpulan fosil pada setiap lapisan batuan dianggapnya sebagai bukti adanya
peristiwa bencana alam bersifat katastropis yang memusnahkan setiap makhluk
hidup di setiap kurun waktu tertentu. Upaya ilmiah untuk menentukan umur Bumi
telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan. Georges Louis de Buffon (1707-1788)
menyatakan Bumi mendingin perlahan-lahan dari suatu bola panas. Dengan membuat
percobaan laboratorium dengan beberapa bola besi berbagai diameter dan
dibiarkan dingin mengikuti temperatur kamar, de Buffon melakukan ekstrapolasi
terhadap diameter Bumi sesungguhnya dan menentukan usia Bumi sekitar 75.000
tahun.
Sekelompok ilmuwan lainnya pada paruh abad ke-18 menghitung kecepatan
pengendapan berbagai sedimen dan melakukan ekstrapolasi terhadap ketebalan
batuan sedimen yang diketahui saat itu, menghasilkan rerata umur Bumi sekitar 1
juta tahun. John Joly, seorang geolog Irlandia, pada abad ke-19 berasumsi bahwa
air laut pada mulanya bersifat tawar namun kemudian menjadi asin akibat mineral
garam yang dibawa oleh sungai. Dengan menghitung volume seluruh airlaut yang
ada di Bumi, dia menentukan waktu 90 juta tahun untuk lautan mencapai kadar
salinitas saat ini, yang kemudian dianggap sebagai umur Bumi. Pada tahun 1785,
James Hutton (1726-1797), seorang geolog Skotlandia, berdasarkan studi detail
terhadap singkapan batuan dan proses alam yang tengah berlangsung saat itu,
mengemukakan prinsip keseragaman (uniformitarianisme). Konsep tersebut
menyatakan proses geologi yang sama telah bekerja pula pada waktu lampau, dan
Hutton menuliskannya sebagai “we find no vestige of a beginning, and no
prospect of an end”. Keunggulan prinsip ini lah yang mengantarkan Hutton
sebagai Bapak Geologi Modern.
Pada tahun 1830, Charles Lyell, seorang murid James Hutton, menerbitkan
buku “Principles of Geology”. Konsep keseragaman menjadi diterima secara luas
oleh kalangan ilmuwan dan usia Bumi yang sangat tua diterima oleh masyarakat.
Kelak, buku tersebut juga sangat mempengaruhi teori evolusi yang dikembangkan
oleh Charles Darwin pada tahun 1859. Lord Kelvin (1824-1907), seorang fisikawan
Inggris yang sangat dihormati, pada tahun 1866 mengklaim telah mematahkan
fondasi uniformitarianisme geologi. Beranjak dari asumsi umum bahwa Bumi
berawal dari sebuah bola panas, Kelvin menghitung usia terbentuknya Bumi
berdasarkan suhu leleh batuan, dimensi Bumi dan koefisien pendinginan. Dia
menyatakan umur Bumi tidak mungkin lebih tua dari 100 juta tahun. Pendapat
Kelvin membuat masyarakat ilmuwan terbelah, antara mendukung konsep Hutton atau
menerima kalkulasi Kelvin (yang tampak sangat logis). Pada akhirnya, kampanye
Kelvin selama 40 tahun harus berakhir dengan ditemukannya unsur radioaktif di
penghujung abad ke-19. Materi radioaktif dipercaya menjaga panas internal Bumi
relatif konstan. Penemuan radioaktif tersebut sekaligus membuat para geolog
menghitung umur batuan secara mutlak dan menemukan bahwa Bumi memang sangat
tua.
Sebelum berkembangnya teknik penanggalan radiometrik, para geologi tidak
memiliki cara untuk menentukan umur mutlak dan hanya berpegang kepada metode
penanggalan relatif. Penanggalan relatif menempatkan berbagai proses geologi
dalam urutan kronologis tertentu, metode ini tidak dapat mengetahui kapan suatu
proses terjadi di masa lampau.
Ada 6 prinsip yang dipergunakan
dalam penanggalan relatif:
1. Prinsip superposition (Nicolas
Steno, 1638-1686): dalam suatu urutan batuan sedimen yang belum terganggu,
batuan yang paling tua diendapkan paling bawah sedangkan batuan yang paling muda
diendapkan paling atas.
2. Prinsip original horizontality
(Nicolas Steno, 1638-1686): dalam proses sedimentasi, sedimen diendapkan
sebagai lapisan horisontal.
3. Prinsip lateral continuity
(Nicolas Steno, 1638-1686): sedimen melampar secara horisontal ke segala arah
hingga menipis dan berakhir di tepi cekungan pengendapan.
4. Prinsip cross-cutting
relationship (James Hutton, 1726-1797): intrusi batuan beku atau patahan harus
lebih muda daripada batuan yang diintrusi atau yang terpatahkan.
5. Prinsip inclusion: suatu inklusi
(fragmen suatu batuan didalam tubuh batuan lain) harus lebih tua daripada
batuan yang mengandungnya tersebut.
6. Prinsip fossil succession
(William Smith, 1769-1839): fosil yang ada di lapisan paling bawah lebih tua
daripada fosil pada lapisan paling atas.
2.1.1
Principles of Cross-cutting Relationship and
Inclusions
1. Aliran lava (lapisan 4) membakar
lapisan dibawahnya, dan lapisan 5 mengandung inklusi dari aliran lava, sehingga
lapisan 4 lebih muda dari lapisan 3 namun lebih tua dari lapisan 5 dan 6.
2. Lapisan batuan dibawah dan diatas
sill (lapisan 3) terbakar, menunjukkan bahwa sill tersebut lebih muda daripada
lapisan 2 dan 4, namun umur lapisan 5 terhadap sill tidak dapat ditentukan.
2.1.2
Principle of Faunal Succession
William smith mempergunakan fosil
untuk mengidentifikasi perlapisan yang sama umurnya ari berbagai lokasi
terpisah, kelak metode ini dikenal sebagai prinsip Faunal Seccession.
a) Ketidakselarasan
Siccar Point, Berwickeshire, Skotlandia tenggara.Disinilah James Hutton,
James Hall dan John Playfair pada tahun 1788 menemukan prinsip
ketidakselarasan.
Waktu geologis bersifat menerus/kontinyu, namun informasi dimana waktu
tersebut didapatkan berasal dari rekaman batuan yang bersifat tidak
menerus/diskontinyu. Bidang ketidakmenerusan dalam urutan batuan yang
menunjukkan terganggunya proses sedimentasi dalam waktu yang cukup lama disebut
sebagai bidang ketidakselarasan (unconformity).
Waktu geologi yang hilang dari rekaman batuan, karena tidak adanya
pengendapan batuan, disebut sebagai hiatus. Sehingga bidang ketidakselarasan
bisa juga disebut sebagai bidang dimana tidak adanya pengendapan (non-deposisi)
atau erosi yang memisahkan batuan yang lebih muda terhadap batuan yang lebih
tua.
Terdapat 3 jenis ketidakselarasan :
1. Disconformity (antara 2 unit batuan
sedimen yang paralel).
2. Angular unconformity (antara 2
unit batuan sedimen yang menyudut).
3. Nonconformity (antara batuan
kristalin dan batuan sedimen)
2.2 Bagaimana penentuan skala waktu geologi dengan
fosil ?
Wilayah Nusantara merupakan kajian yang
menarik dari sisi geologi karena sangat aktif. Di bagian timur hingga selatan
kepulauan ini terdapat busur pertemuan dua lempeng benua yang besar: Lempeng
Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Di bagian ini, lempeng Eurasia bergerak menuju
selatan dan menghunjam ke bawah Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara.
Akibat hal ini terbentuk barisan gunung api di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa,
hingga pulau-pulau Nusa Tenggara. Daerah ini juga rawan gempa bumi sebagai
akibatnya.
Di bagian timur terdapat pertemuan dua lempeng benua
besar lainnya, lempeng Eurasia dan lempeng pasifiks. Pertemuan ini membentuk barisan gunung api di Kepulauan Maluku bagian
utara ke arah bagian utara Pulau Sulawesi menuju Filipina. Nusantara di Zaman
Es akhir pernah menjadi bagian dua daratan besar.
Wilayah barat Nusantara modern muncul kira-kira sekitar
kala Pleistosen terhubung dengan Asia
Daratan. Sebelumnya diperkirakan sebagian wilayahnya merupakan bagian dari
dasar lautan. Daratan ini dinamakan Paparan Sunda ("Sundaland") oleh
kalangan geologi. Batas timur daratan lama ini paralel dengan apa yang sekarang
dikenal sebagai Garis Wallace.
Wilayah timur Nusantara, di sisi lain, secara geografis
terhubung dengan Benua Australia dan berumur lebih tua sebagai daratan. Daratan
ini dikenal sebagai Paparan Sahul dan merupakan bagian dari Lempeng
Indo-Australia, yang pada gilirannya adalah bagian dari Benua Gondwana.
Di akhir Zaman Es terakhir (20.000-10.000 tahun yang
lalu) suhu rata-rata bumi meningkat dan permukaan laut meningkat pesat.
Sebagian besar Paparan Sunda tertutup lautan dan membentuk rangkaian perairan
Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Karimata, dan Laut Jawa. Pada periode
inilah terbentuk Semenanjung Malaya, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau
Kalimantan, dan pulau-pulau di sekitarnya. Di timur, Pulau Irian dan Kepulauan
Aru terpisah dari daratan utama Benua Australia. Kenaikan muka laut ini memaksa
masyarakat penghuni wilayah ini saling terpisah dan mendorong terbentuknya
masyarakat penghuni Nusantara moderen.
Sejarah geologi Nusantara memengaruhi flora dan fauna,
termasuk makhluk mirip manusia yang pernah menghuni wilayah ini. Sebagian
daratan Nusantara dulu merupakan dasar laut, seperti wilayah pantai selatan
Jawa dan Nusa Tenggara. Aneka fosil hewan laut ditemukan di wilayah ini. Daerah
ini dikenal sebagai daerah karst yang terbentuk dari endapan kapur terumbu karang purba. Endapan batu
bara di wilayah Sumatera dan Kalimantan memberi indikasi pernah adanya hutan
dari masa Paleozoikum.
Laut dangkal di antara Sumatera, Jawa (termasuk Bali),
dan Kalimantan, serta Laut Arafura dan Selat Torres adalah perairan muda yang
baru mulai terbentuk kala berakhirnya Zaman Es terakhir (hingga 10.000 tahun
sebelum era moderen). Inilah yang menyebabkan mengapa ada banyak kemiripan
jenis tumbuhan dan hewan di antara ketiga pulau besar tersebut.
Flora dan fauna di ketiga pulau tersebut memiliki
kesamaan dengan daratan Asia (Indocina, Semenanjung Malaya, dan Filipina).
Harimau, gajah, tapir, kerbau, babi, badak, dan berbagai unggas yang hidup di
Asia daratan banyak yang memiliki kerabat di ketiga pulau ini.
Fosil merupakan adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk
hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau
tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa
macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil
ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia. Hewan atau
tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup.
Fosil yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan
tulang. Fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari
fosil adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu yang direngkuh
arkeologi.
Fosil makhluk hidup terbagi atas tiga yaitu fosil
manusia, fosil hewan, dan fosil tumbuhan. Fosil manusia contohnya seperti pithecanthropus
paleojavanicus, homo sapiens, dan meganthropus erectus. Fosil hewan contohnya
seperti Dinosaurus, kronosaurus dan woolungasaurus. Fosil hewan contohnya
seperti dinosaurus, kronosaurus dan
woolungasaurus. Sedangkan fosil tumbuhan contohnya tumbuhan paku. Oleh karena
itu, hal ini menjadi titik utama kami dalam memahami lebih lanjut lagi mengenai
fosil makhluk hidup di Indonesia.
A. Fosil
Hewan
Beberapa contoh Kumpulan fosil-fosil
hewan/Binatang purbakala pada zaman SM dan sejarahnya:
1.
Tyrannosaurus Rex
Fosil Tyrannosaurus
Rex terbesar yang pernah ditemukan. Fosil ini ditemukan oleh
paleontologis Sue Hendrickson pada musim panas tahun 1990 dan dinamai sesuai
nama penemunya. Fosil ini tidak dapat diidentifikasi sebagai dinosaurus jantan
atau betina.
2.
Gajah
Purba
Gajah purba ditemukan Karanganyer, Tukimin
Kecamatan Gondangrenjo. Gajah purba ini memiliki bentuk tubuh yaitu rahang, iga
dan pinggul.
3.
Mammoth
/ mamut
Mamut adalah genus gajah purba yang telah
punah. Ukuran tubuhnya lebih besar daripada gajah normal yang ada di dunia saat
ini. Gadingnya melingkar membentuk kurva ke arah dalam dan, dalam spesies
utara, dengan rambut panjang. Mereka hidup dalam epos Pleistocene sejak 1,6
juta tahun lalu sampai sekitar 10.000 tahun lalu.
Ada kesalahpahaman bahwa mamut lebih besar
dari gajah. Spesies terbesar mamut yang diketahui, Mammoth Imperial California,
memiliki tinggi punggung sekurangnya 5 meter. Mamut umumnya memiliki berat 6-8
ton, namun mamut jantan yang besar beratnya dapat mencapai 12 ton. Gading mamut
sepanjang 3,3 meter ditemukan di utara Lincoln, Illinois tahun 2005. Sebagian
besar spesies mamut memiliki ukuran sebesar Gajah Asia modern.
4. Archeopteryx
Archaeopteryx (dari Bahasa
Yunani Kuno archaios yang berarti ‘kuno’ dan pteryx yang bearti ‘bulu unggas’
atau ‘sayap’. Archeopteryx adalah jenis burung paling awal dan primitif yang
diketahui. Binatang ini hidup pada Periode Jurasic sekitar 155-150 juta tahun
lalu yang saat ini dikenal sebagai wilayah Jerman bagian selatan. Dalam Bahasa
Jerman, Archaeopteryx dikenal sebagai Urvogel, sebuah kata yang berarti “burung
yang asli” atau “burung pertama”. Meskipun namanya yang asli berasal dari
Bahasa Jerman, Kata ini juga digunakan dalam Bahasa Inggris.
5.
Ankylosaurus
Ankylosaurus adalah salah satu jenis dinosaurus
yang memiliki tubuh sepanjang 9 meter (30 kaki). Ankylosaurus memiliki tubuh
yang dilindungi oleh semacam cangkang keras yang membuat tubuhnya tidak bisa
diserang dengan mudah, bahkan oleh Tyrannosaurus-Rex. Ekornya panjang lurus dan
sangat keras.
Jika Ankylosaurus dihadang oleh lawannya, ia
akan menyerang lawan tersebut dengan ekor kerasnya dan dalam sekejap lawannya
akan terjatuh. Para ilmuwan dan ahli palaeontologi biasanya menyebut
Ankylosaurus dengan sebutan ‘Anky kecil’.
6.
Pteranodon
Pteranodon berasal dari Zaman Kapur Akhir
(Coniacian-Campanian, 89,3-70,6 juta tahun yang lalu) Amerika Utara (Kansas,
Alabama, Nebraska, Wyoming, dan South Dakota), adalah jenis pterosaurus
terbesar dengan bentang sayap mencapai 9 meter.
7.
Brontosaurus
Brontosaurus (yang berarti “kadal kilat”
(dari bahasa Yunani bronta artinya ‘kilat’ dan sauros artinya ‘kadal’), adalah
sebuah genus sauropoda dinosaurs yang sudah tidak dipakai lagi. Spesies
Brontosaurus excelsus dinamakan oleh penemunya Othniel Charles Marsh, pada tahun
1879 dan nama ini tetap dipakai dalam literatur resmi sampai kurang lebih tahun
1974, meskipun sudah dikenil sebagai sebuah spesies dari genus yang telah
disebut sebelumya, Apatosaurus, pada tahun 1903.
Brontosaurus adalah dinosaurus yang mempunyai
leher sangat panjang dan termasuk dinosaurus herbivora. Diperkirakan hidup di
zaman kapur. Habitatnya biasanya di tepi danau dan di hutan. Namun, setelah
beberapa tahun nama Brontosaurus diganti kembali menjadi Apatosaurus.
8.
Diplodocus
Diplodocus adalah genus dinosaurus sauropod
diplodocid yang fosilnya pertama kali ditemukan pada tahun 1877 oleh S. W.
Williston. Dinosaurus ini hidup di Amerika Utara barat pada akhir periode
Jurassic.
9.
Stegosaurus
Stegosaurus (bahasa Yunani stego = plate/roof
+ sauros = lizard) adalah sebuah genus dinosaurus herbivora besar dari Upper
Jurassic di Amerika Utara. Spesies ini adalah salah satu jenis dinosaurus yang
paling mudah diidentifikasi, karena kedua baris kite-shaped plates di
punggungnya (dasar untuk nama ilmiahnya) dan long spikes di ekornya (disebut
thagomizer)
10. Dimetrodon
Dimetrodon adalah sejenis synapsida (‘mamalia
mirip reptil’) genus yang berkuasa selama Permian Period, hidup antara 280-265
juta tahun lalu. Ia lebih terkait erat dengan mamalia dibandingkan reptilia seperti
kadal.
Dimetrodon juga bukan dinosaur, walaupun
umumnya dikelompokkan dengan mereka. Sebaliknya, ia diklasifikasikan sebagai
pelycosaur. Dimetrodon orang tua yang telah ditemukan di Amerika Utara dan
Eropa, serta penemuan jejak kaki Dimetrodon yang signifikan di selatan New
Mexico oleh Jerry Macdonald.
11. Plesiosaurus
Plesiosaurus (bahasa Yunani: plesios, berarti
dekat dengan + sauros, berarti kadal) adalah jenis dinosaurus berleher panjang
dari ordo plesiosauria yang hidup di air. Termasuk jenis karnivora, karena
hidup di air membuatnya harus memakan ikan.
Plesiosaurus hidup pada masa awal periode
Jurasik. Temuan tulang fosilnya yang hampir sempurna ditemukan di Inggris dan
Jerman. Ia memiliki kepala yang kecil, leher panjang dan ramping, tubuh berbentuk
kura-kura, ekor pendek, serta 2 pasang kaki berbentuk dayung yang panjang.
12. Velociraptor
Velociraptor (arti ‘pencuri gesit’) adalah
sejenis pemangsa seperti Tyrannosaurus, hanya berbadan lebih kecil dan biasa
hidup berkelompok. Strategi menyerang mereka lebih pintar daripada dinosaurus
lainnya. Mereka menggunakan penarik perhatian untuk mengalihkan perhatian
mangsa mereka, yang sebenarnya mangsa mereka telah dikepung.
Velociraptor hidup di akhir Zaman Kretasius
sekitar 75-71 juta tahun yang lalu. Ia termasuk dalam sub-ordo Dromaesauridia
yang memiliki ukuran tubuh sedang, dengan panjang sekitar 6 kaki (1.8 meter)
dan tinggi 3 kaki (1 meter) dan berat sekitar 15-30 pound (7-14 kilogram) .
Seperti Dromaesauridia lainnya, tubuh Velociraptor kemungkinan memiliki bulu.
Selain itu, mereka memiliki sebuah cakar besar berbentuk melengkung, yang
kemungkinan digunakan untuk menusuk atau merobek tubuh korbannya.
Velociraptor juga termasuk pintar bila
dibandingkan dengan dinosurus lainnya, dan hal ini membuat mereka mampu
bersaing dengan predator besar lain yang hidup di tempat yang sama. Jika
terdesak, Velociraptor biasanya memanggil bala bantuan dengan mengeluarkan
suara yang khas; suara ini bisa terdengar hingga radius kurang lebih 1.000 km.
Fosilnya ditemukan di daerah Mongolia, Rusia, dan Cina.
B.
Fosil Tumbuhan
Moldowan dan koleganya mempelajari
sedimen-sedimen berumur Permian yang mengandung sisa-sisa tumbuhan purba yang
dikenal sebagai gigantopterids.
Dalam lapisan sedimen yang sama pula ditemukan oleanane. Hal ini memperlihatkan
bahwa gigantopterids pun memproduksi oleanane, layaknya tumbuhan moderan pada
saat ini. Dari sini biolog David W. Taylor dari Indiana University menyimpulkan bahwa tumbuh-tumbuhan berbunga
telah ada jauh lebih awal. Penemuan ini cukup penting karena dalam waktu yang
belum lama juga di daratan Cina ditemukan fosil gigantopterids yang lengkap dengan daun dan batangnya, yang
sangat mirip jika dibandingkan dengan tumbuhan berbunga modern, lanjut Taylor.
Taylor memperkirakan bahwa gigantopterids
dan tumbuhan berbunga mulai berevolusi dari tumbuhan yang lebih tua secara
bersama-sama semenjak 250 juta tahun yang lalu.
Kini penemuan ini sedang memasuki lapangan
perdebatan ilmiah yang sesungguhnya. Namun di samping itu, Moldowan dan rekan-rekannya
mencatatkan diri bahwa oleanane dapatlah dijadikan sebagai fosil kimiawi yang
penting untuk mempelajari sejarah kehidupan di muka Bumi.
Adapun fosil tumbuhan yaitu sebagai berikut.
1.
Batu
Bara
Batubara adalah bahan bakar fosil yang
berasal dari sisa tumbuhan yang tertimbun kemudian terawetkan oleh air dan
lumpur dari proses oksidasi dan pembusukan.
Lama-kelamaan sisa tumbuhan ini mengalami
perubahan sifat fisik dan kimia akibat proses geologi yang berlangsung hingga
jutaan tahun.
Batubara merupakan bahan bakar siap pakai
-tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut- berwarna hitam atau hitam
kecoklatan.
Umumnya, batubara dikelompokkan sebagai
batuan sedimen, namun batubara keras -jenis antrasit- akan dikelompokkan
sebagai batuan metamorf karena telah bersulih akibat terpapar lebih lanjut oleh
temperatur dan tekanan yang tinggi. Kandungan utama batubara adalah karbon dan
hidrogen dengan sedikit komposisi sulfur. Sedang metode penambangan, bisa
dilakukan di permukaan atau tambang bawah tanah.
Saat ini, batubara menjadi sumber bahan bakar
utama untuk pembangkit tenaga listrik, sekaligus menjadi penyumbang emisi karbon
dioksida. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang jika terkumpul di atmosfer
dapat menaikkan suhu bumi sekaligus perubahan iklim.
Batubara bisa dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, tergantung dari proses geologi yang telah dialami:
v Peat (gambut), merupakan jenis batubara tahap
awal. Digunakan sebagai bahan bakar di beberapa negara terutama Irlandia dan
Finlandia.
v Lignite, disebut juga batubara coklat dan
dianggap sebagai batubara peringkat terendah, digunakan sebagai bahan bakar
pembangkit tenaga listrik.
v Sub-bituminous, kualitasnya berada diantara
lignite dan bituminous. Digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga
uap dan sebagai sumber hidrokarbon aromatik untuk industri kimia.
v Bituminous, mineral padat berwarna hitam atau
hitam kecoklatan, digunakan pula untuk pembangkit listrik tenaga uap.
v Anthracite, merupakan batubara kualitas
tertinggi, keras dan mengkilap. Digunakan antara lain untuk sumber pemanas
ruangan komersial.
v Graphite, secara teknis merupakan kualitas
tertinggi, tapi karena sulit terbakar sehingga tidak digunakan sebagai bahan
bakar. Grafit dimanfaatkan untuk bahan pembuat pensil atau sebagai salah satu
bahan pelumas.
Penggunaan
batubara di Inggris bisa dilacak sejak Jaman Perunggu (3000-2000 SM). Sedang di
Cina, batubara sudah mulai dimanfaatkan sejak 4000 SM ketika manusia Neolitik
mulai menggambar ornamen di gua menggunakan grafit. Baru sejak Dinasti Han batubara
kemudian digunakan sebagai bahan bakar.
Lima
negara dengan cadangan batubara terbesar adalah Amerika Serikat, Rusia, China,
India, dan Australia. Sedang Indonesia menduduki peringkat 15 dengan kira-kira
0.5% cadangan dunia. Namun sebagai eksportir batubara, Indonesia menduduki
peringkat kedua setelah Australia.
Berbagai
macam penelitian terus dilakukan untuk mengubah batubara menjadi sumber bahan
bakar yang lebih ramah lingkungan antara laindenganmengurangi kadar air dan
menghilangkan polutan.
2.3 Penentuan
Waktu Geologi dengan Skala Waktu
Hal yang tidak kalah penting dalam geologi adalah waktu
geologi. Waktu geologi di sini tidak hanya berumur ratusan atau ribuan, tetapi
berumur jutaan tahun. Karena perubahan- perubahan dalam geologi adalah
perubahan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, maka
diputuskan adanya skala waktu geologi yang merupakan tolak ukur dalam penentuan
umur secara geologi.
Ada beberapa metode untuk menentukan umur geologi:
§ Physical stratigraphy, atau penentuan
kejadian berdasarkan keterjadiannya. Metode ini banyak menggunakan prinsip
stratigrafi dan uniformitarianisme.
§ Biostratigraphy, yang mena
menggunakan fosil untuk menentukan waktu geologinya.
§ Correlation, yang mana
memperbolehkan geologi untuk menentukan bahwa batuan yang telah mengalami
pelapukan di tempat yang berbeda-beda berumur sama.
2.4 Penentuan
Waktu Geologi dengan Radiometrik
Penanggalan radiometrik (sering juga
disebut penanggalan radioaktif) adalah teknik yang digunakan untuk
mengetahui usia pada berbagai benda, yang biasanya didasarkan pada perbandingan
antara jumlah banyaknya isotop radioaktif alami yang ada dengan
produk-produk hasil peluruhannya, dengan menggunakan tingkat peluruhan yang
telah diketahui. Tehnik ini adalah sumber utama atas informasi
mengenai umur absolut dari bebatuan dan fitur-fitur geologi lainnya, termasuk usia Bumi itu sendiri, dan dapat pula digunakan
untuk menentukan usia berbagai bahan alami serta bahan-bahan buatan manusia.
Bersama dengan prinsip-prinsip
stratigrafi, metode penanggalan radiometrik digunakan dalam geokronologi untuk menetapkan skala waktu geologi. Teknik-tehniknya yang paling terkenal,
di antara adalah penanggalan
radiokarbon, penanggalan potasium
argon, dan penanggalan uranium
timah. Dengan dimungkinkannya penetapan skala waktu geologi, maka diperoleh
sumber informasi yang signifikan mengenai usia fosil dan dapat dilakukan deduksi atas
tingkat perubahan evolusinya.
Penanggalan radiometrik juga digunakan untuk penanggalan tanggal benda-benda arkeologi, misalnya pada
artefak-artefak kuno.Umur
absolut ialah umur yang ditunjukkan dengan suatu angka yang diperoleh dari
pengukuran radioaktif. Jadi, umur absolut ini langsung menunjukkan angka
umurnya sehingga dapat diketahui pada jaman apa batuan tersebut terbentuk.
Untuk menentukan umur absolut, terdapat dua metode, yaitu:
1. Metode menghitung, contohnya ialah
menghitung lingkaran tahunan, jumlah endapan atau sutura fosil, dan
sclerochronology (menghitung lapisan dari pertumbuhan organisme seperti
koral, kerang-kerangan, atau kayu yang membatu).
2. Metode isotop, misalnya ialah
radiokarbon atau C-14, kosmogenik (Cl-36, Be-10, He-3, Al-26),
atau Uranium series disequilibrium. Khusus untuk daun, metode yang cocok
ialah radiokarbon karena metode yang lain kesalahannya terlalu besar untuk
penentuan umur absolut daun. contoh dari metode isotop ini antara lain : metode
potassium-argon (K-Ar), kosmogenik, uranium series disequilibrium dan metode
Pb-210.
Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari setiap
unsur kimia adalah atom. Suatu atom tersusun dari satu inti atom yang terdiri
dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh suatu kabut elektron. Isotop dari
suatu unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron pada inti
atomnya. Sebagai contoh, atom radioaktif dari unsur potassium memiliki 19
proton dan 21 neutron pada inti atomnya (potassium 40); atom potassium lainnya
memiliki 19 proton dan 20 atau 22 neutron (potassium 39 dan potassium 41).
Isotop radioaktif (the parent) dari satu unsur kimia secara alamiah akan
berubah menjadi isotop yang stabil (the daughter) dari unsur kimia lainnya
melalui pertukaran di dalam inti atomnya.
Perubahan dari “Parent” ke “Daughter” terjadi pada kecepatan
yang konstan dan dikenal dengan “Waktu Paruh” (Half-life). Waktu paruh dari
suatu isotop radioaktif adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop
radiokatif berubah menjadi ½ nya dari atom Parent-nya melalui proses peluruhan
menjadi atom Daughter. Setiap isotop radiokatif memiliki waktu paruh (half
life) tertentu dan bersifat unik. Hasil pengukuran di laboratorium dengan
ketelitian yang sangat tinggi menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan dari
sejumlah atom-atom parent dan atom-atom daughter yang dihasilkan dapat dipakai
untuk menentukan umur suatu batuan. Untuk
menentukan umur geologi, ada empat seri peluruhan parent/daughter yang biasa
dipakai dalam menentukan umur batuan, yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N),
Potassium/Argon (K/Ar), Rubidium/Strontium (Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb).
Berbagai metode
penanggalan radiometrik ini memiliki variasi atas skala waktu dimana
metode-metode tersebut akurat, dan sesuai untuk penerapannya.
Contoh
isotop-isotop radioaktif induk dan produk turunan stabil mereka:
a) Radioaktif
induk Turunan stabil
b) Potassium 40
Argon 40
c) Rubidium 87
Strontium 87
d) Thorium 232
Lead 208
e) Uranium 235
Lead 207
f) Uranium 238
Lead 206
g) Carbon 14
Nitrogen 14
Dalam daftar di
atas, perhatikan bahwa nomor- nomor massa (jumlah proton ditambah neutron)
dapat bervariasi untuk sebuah elemen karena jumlah neutron yang berbeda. Elemen
dengan berbagai jumlah neutron disebut isotop unsur tersebut.
Half-life
adalah waktu yang dibutuhkan untuk setengah dari induk unsur radioaktif meluruh
untuk menjadi produk turunan. Seperti yang anda bisa lihat pada daftar di bawah
ini:
Contoh Half
Live untuk unsur-unsur radioaktif di atas, yaitu :
Ø Potassium 40
Argon 40 1.25 milyar tahun
Ø Rubidium 87
Strontium 87 48.8 milyar th.
Ø Thorium 232
Lead 208 14 milyar th.
Ø Uranium 235
Lead 207 704 juta th.
Ø Uranium 238
Lead 206 4.47 milyar th.
Beberapa
teknik-teknik radiometrik yang umum digunakan adalah:
·
Penanggalan radiokarbon (Carbon
dating). Teknik ini mengukur peluruhan karbon-14 dalam bahan organik dan dapat
diterapkan terbaik untuk sampel yang lebih muda dari 60.000 tahun.
·
Penanggalan uranium-lead (Uranium-lead
dating). Teknik ini mengukur rasio dua isotop lead (lead-206 dan lead-207)
dengan jumlah uranium pada mineral atau batuan. Metode ini sering diterapkan
untuk menemukan jejak mineral zircon pada batuan, adalah salah satu dari dua
metode yang paling sering digunakan (bersama dengan penanggalan
argon-argon/argon dating) untuk penanggalan geologi. Penanggalan uranium-lead
(uranium-lead dating) diterapkan untuk sampel yang lebih tua dari 1 juta tahun.
·
Penanggalan uranium-torium (Uranium-thorium
dating). Teknik ini digunakan untuk penanggalan speleothems, karang, bahan yang
menandung unsur karbonat, dan fosil tulang. Jangkauannya adalah dari beberapa
tahun sampai sekitar 700.000 tahun.
·
Penanggalan potassium-argon
(Potassium-argon dating) dan penanggalan argon-argon (Argon-argon dating).
Teknik digunakan untuk penanggalan batuan metamorpik (yang sudah melalui proses
pemanasan), batuan beku, dan batuan hasil dari proses gunung berapi. Teknik ini
juga digunakan dalam penanggalan lapisan abu vulkanik dalam atau di atas situs
paleoanthropologic.
2.4.1
Geokronologi
Geokronologi merupakan ilmu untuk
menentukan umur absolut batuan, fosil, dan
sedimen, dalam suatu tingkat ketidakpastian tertentu yang
melekat dalam metode yang digunakan. Berbagai macam metode penentuan umur
digunakan oleh ahli geologi untuk mencapai hal tersebut.
Geokronologi
berbeda penggunaannya dengan biostratigrafi,
yang merupakan ilmu untuk menempatkan batuan sedimen dalam suatu periode geoogi
tertentu melalui pendeskripsian, pengkatalogan dan pembandingan kumpulan fosil
flora dan fauna. Biostratigrafi tidak secara langsung memberikan suatu
penentuan umur absolut dari batuan, hanya menempatkannya dalam suatu interval
waktu dimana kumpulan fosil tersebut telah diketahui pernah hidup bersama.
Sebagai contoh,
dengan referensi pada skala waktu
Geologi, Permian Atas(Lopingian)
berlangsung sejak 270,6 +/- 0,7 Ma sampai antara sekitar 250,1 +/- 0,4 Ma
(Triassik tertua yang diketahui) dan 260,4 +/- 0,7 Ma (Lopingian termuda yang
diketahui) – sebuah kekosongan dalam kumpulan fosil yang sudah ditentukan
umurnya, diketahui hampir mencapai 10 Ma. Sementara umur biostratigrafi dari
lapisan Permian Atas dapat menunjukkan Lopingian, penentuan umur sebenarnya
dari lapisan tersebut dapat berada dimanapun antara 270 sampai 251 Ma.
Pada sisi lain,
sebuah granite yang ditentukan berumur 259,5 +/- 0,5 Ma dapat secara beralasan
disebut “Permian”, atau lebih tepatnya, telah mengintrusi pada waktu Permian.
Ilmu geokronologi
merupakan alat utama yang digunakan dalam bidangkronostratigrafi, yang berusaha
untuk mendapatkan umur absolut untuk semua kumpulan fosil dan menentukan
sejarah geologi Bumi serta bagian luar permukaan bumi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
uraian yang telah dijelaskan mengenai skala waktu geologi dapat diambil
kesimpulan bahwa sebeleum kehidupan manusia sekarang ini terdapat kehidupan
makhluk lainnya yang mungkin sebelumnya tidak kita ketahui. Sejarah kehidupan di muka bumi terbentuk milyaran tahun lalu
dan terus berkembang hingga sekarang. Dan juga terdapat teori yang menerangkan
sejarah kehidupan di muka bumi.
Konsep waktu (yang benar) ditemukan di Edinburgh pada dekade
1770-an oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh James Hutton. Mereka
menantang konsep waktu konvensional yang telah ada di sepanjang sejarah hidup
manusia, yang menyatakan bahwa unit waktu terukur adalah rentang hidup manusia
dan bahwa umur planet Bumi hanya 6000 tahun (yang dihitung oleh Uskup Ussher
berdasarkan kronologi alkitab). Hutton dan kawan-kawan telah mempelajari batuan
di sepanjang pesisirSkotlandia dan menyimpulkan bahwa setiap formasi batuan,
betapapun tua, adalah hasil erosi dari batuan lain, yang jauh lebih tua.
Penemuan mereka memperlihatkan bahwa waktu terentang sangat jauhmelebihi
manusia mampu bayangkan.
Waktu Geologi terbagi menjadi 2 EON (Fanerozoikum dan
Prakambrium) yang masing-masing terbagi menjadi beberapa Era yaitu :
Kenozoikum, Mesozaikum, dan Paleozaikum ( Eon Fanerozoikum) serta era Neoproterozaikum,
Mesoproterozaikum, Paleoproterozaikum, Neoarkean, Mesoarkean, Paleoarkean, dan
era Eoarkean (Eon Prakambrium).
3.2
Saran
Adapun saran penulis setelah membahas masalah “skala
waktu geologi” ialah :
3.2.1 r
pembaca memahami tentang prinsip-prinsip apa saja yang mendasari perhitungan
waktu geologi.
3.2.2
Agar
pembaca dapat mengetahui bagaimana cara menentukan usia geologi menggunakan
fosil.
3.2.3
Agar
pembaca dapat mengetahui bagaimana menentukan usia geologi menggunakan
ketetapan skala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar