MAKALAH
MENGGAMBAR TEKNIK II
JENIS, FUNGSI DAN APLIKASI
KEBUTUHAN UTILITAS BANGUNAN BENTANG TINGGI
DISUSUN OLEH :
AFRIYALDI
41511A0003
KELAS 3 A
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MATARAM
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berbagai
bangunan yang megah yang dirancang oleh seorang arsitek itu tidak dapat
berfungsi dengan baik tanpa memperdulikan adanya kelengkapan fasilitas bangunan
yang digunakan untuk menunjang tercapainya kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
Utilitas
merupakan suatu ilmu pengetahuan teknik arsitektur di samping ilmu-ilmu lain
mengenai bangunan yang harus dipelajari oleh seorang arsitek dalam kooordinasi
merancang bangunan.
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan, komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan, komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
Dasar
pertimbangan pemakaian sistem utilitas dan perlengkapan bangunan adalah :
1.
Kemudahan dalam penggunaan dan
pemeliharaan
2.
Kesederhanaan jaringan sistem
3.
Kecilnya faktor resiko crossing
antar jaringan
4.
Keamanan terhadap pelaku aktifitas
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang
dimaksud dengan utilitas ?
2.
Bagaiman asistem
utilitas dalam bangunan bentang tinggi ?
3.
Apa saja
macam-macam utilitas dalam bangunan bentang tinggi ?
1.3
Tujuan
1.
Untukmengetahuipengertiandariutilitas.
2.
Untukmengetahuisistemutilitasdalambangunanbentangtinggi.
3.
Untukmengetahuimacam
– macamutilitasdalambangunanbentangtinggi
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Utilitas dan Lingkungan...................................................................................... 6
2.2 Utilitas Pembangunan......................................................................................... 6
2.2.1 Sistem Utilitas Supply Air
Bersih.................................................................... 6
2.2.2 Perencanaan
Pembuangan Air Kotor/ Air Bekas.............................................. 6
2.2.3 Perencanaan
Transportasi dalam Bangunan..................................................... 8
2.2.4 Perencanaan Pencahayaan................................................................................ 9
2.2.5 Perencanaan Keamanan.................................................................................. 11
2.2.6 Sistem Utilitas Supply Air Bersih (Water Supply Sistem)............................... 11
2.2.7 Perencanaan Pengudara................................................................................. 13
2.2.8. Sistem Utilitas Telekomunikasi Gedung........................................................ 13
2.2.9 Sistem Utilitas Perawatan Kebersihan Gedung............................................. 14
2.2.10 Sistem Penangkal Petir................................................................................. 15
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 18
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Utilitas Dan
Lingkungan
Dalam
mempelajari utilitas bangunan beserta kelengkapannya ada 3 unsur pokok yang
harus diperhatikan :
a.
Air
Kebutuhan
air dalam lingkungan bangunan dan bangunan itu sendiri sangat penting dalam
pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
b.
Matahari/Cahaya Matahari
Penggunaan
energi cahaya matahari dalam system rancang bangunan sangat penting dan harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga penggunaan cahaya buatan yang membutuhkan
energi tambahan dapat dikurangi.
c.
Udara/Angin
Dalam system
perancangan bangunan factor udara sangat penting untuk kenyamanan dalam
melaksanakan kegiatan kerja sehari-hari.
Dalam
perancangan suatu bangunan perlu diperhatikan ketiga faktor diatas dalam hal penggunaan
air yang hemat, persiapan tempat-tempat rembesan air, penggunaan cahaya alam
dan aliran angin segar yang sebaik mungkin, serta pengurangan penggunaan cahaya
dan aliran angin buatan. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka tercipta suatu
lingkungan yang seimbang.
2.2
Utilitas
Bangunan
Utilitas
Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan, komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
Dalam
perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas
utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan
arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.
Dengan
memperhatikan serta mempelajari semua perancangan tersebut diatas maka
diharapkan perancang atau seorang arsitek bangunan dapat memberikan hasil
perancangan yang optimal mengenai sistem Utilitas Bangunan.
2.2.1
Perencanaan Plumbing dan
Sanitasi
System pemipaan plambing
Sistem
pemipaan menurut cara pengaliran airnya, adalah cara untuk mengalirkan air dan ketempat yang memerlukan. Ada
dua cara pengaturan air yaitu system horizontal
dan system Vertikal.
a. Sistem Horizontal
Aadalah suatu system pemipaan yang banyak digunakan untuk mengalirka
kebutuhan air pada suatu kompleks perumahan atau rumah-rumah tinggal yang tidak
bertingkat
Ada dua cara
yang dipakai untuk system pemipaan horizontal yaitu sebagai berikut:
·
Pemipaan yang menuju ke satu titik
akhir
Keuntungan
pemipaan ini adalah pemakaian bahan yang lebih efesien, dan kerugiannnya adalah
daya pancar pada titik kran air tidak sama, semakin jauh semakin kecil daya
pancarnya.
·
Pemipaan yang melingkar/membentuk
ring
Pemipaan ini
menuntut penggunaan bahan pipa yang banyak, padahal kekuatan daya pancar air kesemua
titik-titik akan menghasilkan air yang sama/
b. Sestim Vertikal
Sistem
pengaliran/distribusi air bersih dengan system vertical banyak digunakan pada
bangunan-bangunan bertingkat tinngi. Cara pendistribusiannya adalah dengan
menampung lebih dulu pada tangki air (ground reservoir) yang terbuat dari beton dengan kapasitas
sesuai dengan kebutuhan air pada bangunan tersebut. Kemudian air dialirkan
dengan menggunakan pompa untuk langsung ke titik-titik kran yang diperlukan.
Sistem ini lebih menguntungkan pada penggunaan pipa, tetapi sering mengalami
kesulitan kalau sumber tenaga untuk pompa mengalami pemadaman.
Cara lain
dengan menggunakan pompa untuk diteruskan pada tangki di atas bangunan.
Kemudian dari tangki dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan, dengan
menggunakan system gravitasi/diturunkan secara
lansung.
2.2.2
Perencanaan pembuangan air
kotor/air bekas
Air bekas
yang dimaksud adalah air bekas cucian, air bekas cucian pakain, kendaraan,
cucian peralatan masakan dan beberapa macam
cucian lainnya.
a. Air Limbah
Air limbah
adalah air bekas buangan yang bercampur kotoran. Air bekas/air limmbah ini
tidak diperbolehkan dibuang sembarangan/dibuang ke seluruh lingkungan
tetapi harus ditampung ke dalam bak penampungan.
Untuk
bangunan rumah tinggal, satu atau dua titik buangan cukup diperlukan septic
tank dengan volume 1 – 1,5 m3 dengan dibuat perembesan.
·
Air Limbah khusus
Air limbah
khususdalah air bekas buangan dari kebutuhan-kebutuhan khusus , seperti
restoran yang besar, pabrik industry kimia, bengkel, rummah sakit dan
laboratorium.
·
Air hujan
Air hujan
adalah air dari awan yang jatuh dipermukaan tanah. Air tersebut dialirkan
kesaluran-saluran tertentu. Air hujan yang jatuh pada rumah tinggal atau
komplek perummahan disalurkan melalui talang-talang-talang vertical dengan
deameter 3” (minimal) yang diteruskan ke saluran-saluran horizontal dengan
kemiringan 0,5-1% dengan jarak terpendek menuju ke saluran terbuka lingkungan.
Dalam
menghitung besar pipa pembuangan air hujan harus diketahui atap yang menampung air hujan tersebut dalam luasann m2. Sebagai standar
ukuran pipa peambuangan dibuat table sebagai berikut:
Diameter
(inci)
|
Luasan Atap
(m2)
|
Volume
(liter/menit
|
3 (7,62
cm)
4(10,16
cm)
5(12,70
cm)
6(15,24
cm)
8
|
s.d.-180
385
698
1135
2445
|
255
547
990
1610
3470
|
Untuk
mencari/menghitung jumlah dan besar pipa tegak untuk air hujan dapat dicari
dengan cara sebagai berikut.
2.2.3
Perencanaan transportasi dalam
bangunan
Sistem
transportasi dalam hal ini merupakan sistem pengangkut untuk memuat manusia ke
tingkat elevasi bangunan beritngkat.
a)
Sistem
transportasi ini dapat berupa transportasi vertikal (Elevator/Lift) sistem transportasi tangga berjalan (Eskalator).
Dalam konstruksi gedung bertingkat maintanance terhadap instalasi
transportasi ini perluh secara berkala diperhatikan agar memberikan tingkat
kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya misalnya pengecekan mesin,
rantai/slink dan sistem elektrikal pada elevator/lift dan begitu pula
pada instalasi sistem transportasi eskalator.
b)
Tangga
Tangga
adalah sebuah konstruksi
yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu
sama lain.Tangga dapat bersifat permanen maupun non permanen.
Tangga
permanen biasanya digunakan untuk menghubungkan:
·
Dua bidang horisontal pada bangunan
·
Lantai bangunan yang berbeda
Tangga jenis
ini terdiri dari anak-anak tangga yang
memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat berbentuk lurus, huruf "L",
huruf "U" , memutar atau merupakan dari kombinasinya.
Komponen-komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser),
lebar injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing,
pegangan tangan (handrail) dan bidang pengaman (balustrade).
Contoh dari penggunaan tangga ini misalnya seperti yang kita temui pada
bangunan rumah tinggal atau perkantoran, "tangga monyet", dsb.
Tangga non
permanen biasanya digunakan untuk mencapai bidang horisontal yang lebih tinggi,
dan digunakan hanya pada waktu-waktu tertentu sehingga bisa dipindahkan /
disimpan. Contoh dari tangga jenis ini misalnya tangga lipat.
2.2.4
Perencanaan pencahayaan
a. Matahari
Matahari adalah sumber cahaya atau penerangan alami
yang paling mudah didapat dan banyak manfaatnya. Oleh karena itu harus
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Apalagi Indonesia sebagai daerah trofis yang
terletak digaris katulistiwa matahari memancarkan sinar sepanjang tahun.
Tujuan pemanfatan cahaya matahari
sebagai penerangan alami dalam bangunan adalah sebagai berikut:
·
Menghemat energy dan biaya
operasional bangunan
·
Menciptakan ruang yang sehat
mengingat sinar matahari mengandung ultraviolet yang memberikan efek psikologis
bagi manusia dan memperjelas kesan ruang
·
Menggunakan cahaya alami sejauh
mungkin ke dalam bangunan, baik sebagai penerangan langsung maupun tidak
langsung.
b. Cahaya Buatan
Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari
perusahaan listrik adalah Perusahaan
Listrik Negara (PLN) yang menyelenggarakan dan menyiapkan suatu tenaga
pembangkit listrik dengan system Pembangkit Listrik Tenga Uap (PLTU),
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD).
Diluar negeri ataupun di Negara kita baru-baru ini mengembangkan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir.
c. Sistem Pencahayaan/Penerangan Buatan
Daya penerangan yang masuk dalam panel-panel pembagi (Sub Panel) dibagi
dalam 2 bagian:
·
Pencahayaan/daya yang langsung:
Pencahayaan yang berupa titik-titik lampu penerangan.Peletakan lampu penerangan
ini harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan pencahayaan yang baik,
memenuhi syarat yang diminta dan merata. Selain itu harus diatur posisinya terhadap
letak-letak diffuser AC, sprinkler, fiere alarm, smoke detector, speaker dan
lain-lain.
·
Daya yang tidak langsung daya ini
digunakan untuk menghidupkan alat-alat tertentu seperti computer dan mesin
ketik
2.2.5
Perencanaan utilitas keamanan
Sistem ini merupakan instalasi yang
dibuat pada suatu gedung bertingkat guna memberikan rasa aman bagi pengguna
gedung tersebut dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mengurangi ancaman
kriminalitas dan pencegahan terhadap bencana seperti kebakaran dll. Sistem ini
dapat berupa instalasi pemasangan CCTV, hydrant, tabung pemadam, Smoke
detektor, Exthinguiser, Cencor detector gate, door emergency
dsb.
2.2.6
Sistem
Utilitas Supply Air Bersih (Water Supply Sistem)
Seperti bangunan pada umumnya, bangunan gedung
bertingkat yang bersifat vertikal secara struktur maupun jenis bangunan bentang
lebar tentunya memerlukan sistem transportasi berupa supplai air bersih yang
direncanakan dengan baik sejak awal sehingga dapat mencukupi kebutuhan
air di setiap lantainya, sistem supply air pada bangunan tinggi dimulai dari
pengambilan air dari sumur maupun dari PDAM/meteran dan dilanjutkan
dengan pembuatan penampung air atau biasa disebut dengan Ground Water
Tank (GWT) jika diletakkan pada dasar bangunan (Underground) atau
tangki yang diletakkan di atas bangunan yaitu berupa penampungan yang berupa
bak besar dengan ukuran volume yang disesuaikan dengan kebutuhan air pada
gedung.
Kemudian
dilanjutkan dengan sistem pemompaan dengan mesin yang memiliki besar daya yang
bervariasi sesuai kebutuhan debit pompa yang terdistibusikan melalui sistem
perpipaan ke setiap lantai sesuai dengan desain pada titik-titik pengambilan
air yang telah direncanakan dalam denah baik untuk keperluan WC misalnya
shower, kran wastafel, jacuzzi, kolam renang, kran air bersih, hydran,
sprinkler, dsb. Untuk bangunan dengan interval ketinggian yang cukup tinggi
biasanya dibuat sistem distribusi air dengan pola pemompaan dua sampai tiga
kali sesuai kemampuan daya pompa yang direncanakan yang biasanya dilengkapi
dengan sistem penampungan transisi pada daerah dilatasi tersebut, hal ini
dikarenakan karena keterbatasan kemampuan pompa untuk menyupplai air pada
elevasi gedung yang cukup tinggi sehingga membutuhkan daerah dilatasi/transisi
untuk melakukan penampungan ke tingkat berikutnya.
2.2.7
Sistem
Untilitas Pengudaraan
Sistem pengudaraan dalam hal ini berupa sistem
pendingin ruangan berupa air conditioner (AC) yaitu berupa sistem
utilitas pendingin ruangan yang dipasang di dalam ruangan tertutup dari suatu
bangunan.
Jenis pendingin ruangan umumnya berfungsi untuk
memberikan rasa kenyamanan dan kesejukan bagi orang yang berada di dalamnya.
Selain sistem pendingin ruangan biasanya untuk bangunan bertingkat
seperti hotel, perkantoran dan apartemen juga dilengkapi dengan pengisap asap (Exhaust)
bilamana terdapat kandungan asap akibat rokok maupun penyebab lainnya sehingga
dapat menjaga sirkulasi udara dalam ruangan tetap stabil dan sehat. Namun
sistem pendingin ruangan tidak hanya bergantung kepada AC saja melainkan dapat
dengan melakukan perekayasaan arsiektur bangunan berupa bukaan ventilasi
pengudaraan agar sirkulasi udara dapat dengan baik mengalir keluar masuk dalam
sistem ruangan bangunan dan dapat pula menekan biaya operasional
listrik/efisiensi biaya.
2.2.8
Sistem
Utilitas Telekomunikasi Gedung,
Sistem ini merupakan suatu perangkat instalasi yang
berfungsi dalam memberikan kemudahan dalam mengakses informasi baik yang
bersifat internal maupun global bagi para penggunanya dalam sistem gedung
bertingkat, misalnya instalasi PABX telepon, jaringan WIFI internet, TV
Cable, instalasi Fax, sound system/loud speaker dsb
2.2.9
Sistem
Utilitas Perawatan Kebersihan Gedung
khusus untuk gedung bertingkat
perawatan terhadap kebersihan penampilan gedung memang perlu diperhatikan
secara berkala melalui perawatan kebersihan gedung oleh pengelolahnya. Proses
pembuatan instalasi kebersihan khusunya bagian permukaan gedung biasa disebut
dengan gondola yaitu semacam perangkat crane/mesin derek yang memuat
satu sampai dua orang yang tergantung dari atas gedung bertingkat dimana
pekerja kebersihan dapat dengan leluasa mengatur elevasi gondola saat melakukan
proses pembersihan di bagian permukaan gedung. Hal yang perlu diperhatikan
dalam operasionalnya yaitu faktor keamanan bagi para pekerja yang sedang
bertugas.
2.2.10 Sistem Penangkal Petir.
Pada bangunan tinggi untuk penangkal petirnya menggunakan sistem penangkal
petir elektrostatis, ini merupakan penangkal petir modern dengan menggunakan
sistem E.S.E (Early Streamer Emision). Sistem E.S.E bekerja secara aktif dengan
cara melepaskan ion dalam jumlah besar ke lapisan udara sebelum terjadi
sambaran petir.
Pelepasan ion ke lapisan udara
secara otomatis akan membuat sebuah jalan untuk menuntun petir agar selalu
memilih ujung terminal penangkal petir elektrostatis ini dari pada area
sekitarnya. Dengan sistem E.S.E ini akan meningkatkan area perlindungan yang
lebih luas dari pada sistem penangkal petir konvensional. Berikut ini adalah
perbandingan penangkal petir elektrostatis dengan penangkal petir konvensional. :
a)
Penangkal
Petir Konvensional
§ Membutuhkan
banyak kabel
§ Daerah
perlindungan terbatas, area perlindungan hanya sebatas air terminal yang
melekat pada bangunan.
§ Lebih mahal
bila diterapkan untuk area perlindungan yang luas.
§ Membutuhkan
banyak arde.
§ Membutuhkan
banyak air terminal di atap
§ Akan
memiliki kecenderungan mengganggu estetika bangunan rumah anda.
§ Bentuk ujung
terminal yang runcing dalam jumlah banyak akan sangat berbahaya bagi petugas
pemeliharaan gedung atau pekerja yang bekerja di atap.
b)
Penangkal
Petir Elektrostatis
§ Tidak banyak
membutuhkan komponen maupun kabel
§ Area
perlindungan lebih luas antara 50-150 m
§ Lebih murah
untuk area perlindungan yang luas
§ Pada umumnya
hanya membutuhkan 1 arde.
§ Hanya
membutuhkan 1 terminal untuk radius tertentu.
§ Perawatan
dan pemasangan pada bangunan yang mudah.Merupakan pilihan yang tepat dan tidak
mengganggu estetika bangunan anda.
§ Bertindak
sebagai pencegah interferensi perangkat komunikasi anda.
§ Lebih aman
bagi pekerja yang akan melakukan perawatan.
Dari perbandingan diatas maka untuk area perlindungan
luas antara radius 50-150 m penangkal petir elektro statis merupakan pilihan
yang tepat dan lebih murah dibandingkan penangkal petir konvensional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
seluruh sistem utilitas yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa suatu
bangunan bertingkat dengan segala kompleksitas aktifitas manusia yang berada di
dalamnya ketika beroperasi tentunya membutuhkan integrasi dari seluruh sistem
utilitas agar fungsi dari suatu bangunan dapat tercapai sesuai dengan yang
direncanakan dan dapat meningkatkan tingkat kenyamanan, keamanan dan
keselamatan bagi pengguna bangunan tersebut dan di sekitarnya. Dapat pula
dilihat bahwa suatu sistem utilitas saling berpengaruh terhadap sistem lainnya
yang dalam hal ini perlu dilakukan secara berkala proses pemeliharaan dan
pengawasan terhadap sistem tersebut bagi pihak pengelolah bangunan.
Disamping itu di
era modern sekarang ini telah ada sistem yang dapat memonitoring sebagian besar
utilitas tersebut oleh satu perangkat yang sering disebut Building
Management System (BMS) sehingga dapat dengan mudah memonitoring terhadap
masalah-masalah yang terjadi dari salah satu sistem utilitas dalam suatu
bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=ryUcWPz1O4fhvgTEioqgAw#q=utilitas+bangunan+bentang+tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar